29. Aku

885 88 2
                                    

Holaa.... Amara Eldard datang🤗
Selamat membaca semuanya
***

Amara POV

Aku menghentikan langkah, berbalik menghadap Eldard dengan tangan terlipat di depan dada. Eldard pasti tahu bahwa aku sangat kesal padanya. Laki laki dihadapan ku ini terlalu sulit untuk ku pahami, terkadang dia membuatku seolah menjadi seorang ratu dihatinya tapi dilain waktu dia seolah tidak peduli pada ku.

"Apa yang ingin kau bicarakan? Aku tak punya banyak wak.."

Mataku melotot terkejut karena Eldard justru menarik tanganku hingga tubuhku menabrak dada bidangnya. Dia... memelukku.

Aku sama sekali tak menduga dia akan melakukan hal ini, terlebih setelah sikapnya yang kurang ajar membawa Rose ke Aquila.

Aku diam dalam pelukannya. Masih mencoba mencerna satu persatu kejadian yang selama ini terjadi diantara kami. Dari dalam pelukannya, aku bisa mendengar debat jantungnya. Jantung Eldard berdebar begitu kencang.

Apakah karena aku? Atau karena perempuan tadi?

Ah.. memikirkannya saja membuatku kesal. Rose selalu menempel seperti lintah pada Eldard. Gadis itu sangat manja dan tak tahu diri. Dan sampai sekarang entah mengapa aku tak bisa membaca pikirannya, seperti aku tak bisa membaca pikiran Eldard. Mungkin aku harus segera memberi tahu kak Ariana mengenai hal ini. Karena tak biasanya aku tidak bisa menembus pikiran lawan bicaraku.

Eldard masih memelukku. Tak satupun dari kami yang membuka suara. Jujur saja aku merindukannya.

"Aku sangat merindukan mu." Eldard terdengar sangat... tersiksa? Aku tidak yakin. Tp aku merasakan hal yang sama dengannya. Aku marah karena sikapnya, tapi aku juga merindukannya. Aku kecewa padanya, tapi aku juga mencintainya.

"Aku sangat ingin memelukmu seperti ini sejak bertemu lagi denganmu." Tangan kanan Eldard mengusap lembut belakang kepalaku, sedangkan tangannya yang lain memeluk pinggang ku posesif seakan tak ingin melepasku.

"Sudah? Kalau sudah, lepaskan pelukanmu!" perintahku sedatar mungkin. Aku berusaha tak menampilkan emosiku padanya. Tidak akan kubiarkan semudah itu. Dia harus menerima pelajaran yang setimpal karena telah membuatku seperti ini.

Eldard sedikit terkejut mendengar ucapan ku. Perlahan dia mengurai pelukannya sehingga aku kini dapat memandang wajahnya.

"Apa yang ingin kau bicarakan padaku?" tanyaku tanpa basa basi.

"Maafkan aku." Matanya menatap dalam mataku. Menyampaikan permintaan maaf dan rasa bersalah yang selama ini dirasakannya.

"Hanya itu? Oh yang benar saja Eldard. Kau meminta maaf padaku setelah semua yang terjadi? Aku tak butuh itu!"

Dia pasti tahu apa yang kumaksud.

"Aku sedang menyelidiki semuanya. Bersabarlah sebentar lagi." Eldard memohon, tangannya menggenggam tanganku, meletakkannya tepat didepan jantungnya. "Aku sedang mengumpulkan bukti untuk membuat seorang yang mencelakai mu mendapatkan hukuman."

"Bagus kalau begitu, karena aku tak akan bisa memaafkan ku sebelum aku membunuh dalang dibalik meninggalnya Aminta."

"Aku tahu. Aku sedang mengusahakan nya." Eldard terdiam sejenak. Genggaman tangannya pada tanganku semakin erat. "Aku mencintaimu Amara. Kau segalanya untukku."

Napasku tercekat. Kalimat yang selama ini kutunggu darinya kini bisa kudengar langsung dari bibirnya.

Dulu aku pernah menganggap bahwa ikatan soulmate sangat merepotkan. Ikatan ini seakan tidak memberikan kesempatan untuk memilih seseorang yang aku cintai. Seseorang yang sesuai dengan harapan dan angan angan yang kumiliki.

Soulmate (Protect You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang