Selamat membaca
**Matahari bersinar begitu terik, padahal sekarang baru sekitar pukul 10 siang.
Amara bersama Zeno dan Ariana sedang berlatih di arena. Aileen yang biasanya juga ikut menemani latihan tidak bisa ikut serta karena kondisi tubuhnya semakin tak karuan akibat kehamilannya.Tak banyak yang bisa membantu Amara latihan, hanya para werewolf dengan kekuatan di atas rata rata. Kenapa? Karena werewolf memiliki elemen dominan- elemen air. Hanya elemen inilah yang bisa meredam elemen api yang biasanya dimiliki oleh kaum vampir.
Sejauh ini yang mampu menjadi pendamping latihan Amara hanyalah Ariana, Zeno, Aileen. Sedangkan Alice yang juga seorang werewolf tidak bisa membantu, seorang sorcerer lebih ahli dalam mengendalikan elemen untuk keperluan sihir bukan untuk bertarung. Andromeda juga tidak bisa menjadi rekan latihan Amara karena dia juga seorang vampire.
Setiap kaum Immortal memiliki elemen dominan yang berbeda beda. Vampir dengan elemen api dan angin; werewolf dengan elemen air dan tanah; kaum penyihir murni dengan elemen cahaya; serta kaum campuran dengan modifikasi elemen yang mereka punya. Perkawinan 2 orang kaum Immortal yang berlainan jenis dapat menghasilkan seorang dengan kemampuan yang beraneka ragam seperti halnya putri putri dalam keluarga Aquiles.
"Kak Zeno menyebalkan! Berhenti atau aku tidak akan latihan hari ini!" Amara merengut tak suka. Zeno masih saja tertawa terpingkal pingkal tidak menggubris ancaman yang Amara berikan. Suara tawa khas sang alpha, mirip dengan suara derit kaca jendela saat dibersihkan.
"Sepertinya Tuhan membalasmu karena kau sering mengerjai orang lain Amara," ucap Zeno dibalik tawa khasnya.
"Ihhhhh.... Ini semua gara gara kak Ariana! Kenapa kakak malah membuatku jadi seperti ini? Kalian menyebalkan! Kak Ariana menyebalkaaannnnnn!"
Amara begitu kesal karena rencana untuk mengerjai salah seorang pelayan yang biasa genit pada Zeno gagal. Bukannya pelayan itu yang terpeleset terkena kotoran Aegeus, tapi malah Amara. Lihatlah sekarang tangan dan baju Amara dibagian belakang dipenuhi oleh kotoran Aegeus.
"Kakak tidak melakukan apapun." Ariana menjawab seolah bukan dirinya yang melakukannya.
"Aku tau kak Ariana yang melakukannya. Kakak yang menggagalkan sihirku. Seharusnya pelayan itu berjalan melewatinya tapi kenapa jadi aku?! Sial! Sial! Sial!"
Berbeda dengan Alice yang seorang sorcerer murni, Ariana mahir dalam berbagai bidang. Bertarung, sihir, bahkan dalam hal mengatur strategi Ariana sangat ahli. Ariana juga sangat ahli membaca situasi, walaupun tidak seperti Amara yang bisa menembus pikiran lawan bicaranya. Seperti beberapa saat yang lalu saat Amara berniat mengerjai seorang pelayan, Ariana tahu dan dengan jahilnya malah membuat adik bungsunya itu yang celaka. Senjata makan tuan.
"Makanya jangan suka mengerjai orang, Amara. Kalau sudah begini, ini namanya senjata makan tuan."
"Ah, kak Zeno diam saja! Mendengar kakak bicara justru membuatku semakin marah!"
"Selamat siang." Eldard tiba tiba datang bergabung dengan ketiga orang di arena. Dia sempat terkejut melihat penampilan Amara dan wajah cemberutnya.
Lucu. Aku tidak menyangka, wajah kesalnya sangat menggemaskan. Membuatku ingin menciumi pipinya.
"Aku ganti baju dulu!" Amara segera berlari menuju kamarnya. Malu karena Eldard melihatnya sedang dalam kondisi tidak cantik dan bau.
"Hahahaha, dia malu karena kau disini." Zeno masih setia dengan tawa khas nya. Tertawa sambil memegangi perutnya sedangkan tangannya bergerak mengikuti Amara.
"Untuk apa kau datang kemari raja Eldard?" Ariana menatap sinis pada Eldard, menunjukkan ketidaksukaan nya melihat Eldard.
"Mulai sekarang dia akan bersama kita melatih Amara." Zeno menjawab dengan nada seriusnya. Tawanya sudah lenyap digantikan wajah tampan nan serius miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (Protect You)
FantasyAmara bukanlah gadis biasa. Dia dilahirkan dengan berbagai kekuatan luar biasa hingga membuat orang orang disekitarnya ketakutan. Sifatnya tak bisa diatur, keras kepala, jahil, dan selalu mencari masalah. "Ikatan soulmate ini sungguh merepotkan. A...