23. Petunjuk 1

1K 108 1
                                    

Hari hari Eldard tak lagi sama. Semenjak Ariana membawa Amara pergi, hatinya hampa. Ketakutannya menjadi kenyataan. Amara jauh darinya, tak bisa lagi setiap hari Eldard melihatnya.

Sesal yang kini dia rasakan terasa semakin menyesakkan dadanya. Andai aku lebih sering mengajaknya jalan jalan, lebih sering bersama dengannya, berbincang bersama. Aku merindukanmu, Amara. Sungguh sangat rindu, hingga membuatku begitu tersiksa.

"Percuma Eldard. Amara tidak kembali,"sahut Eros.
"Ya, aku tahu. Aku hanya merasa menyesal tak memberikan banyak waktuku untuknya selama ini."
"Aku sudah sering mengingatkanmu, tapi kau yang terlalu gila kerja. Apa gunanya semua penasehat, menteri serta jendral yang kau punya jika semuanya kau atur sendiri?"

Eldard menghela napas berat. Benar apa yang Eros katakan. Jika sudah begini, hanya penyesalan yang bisa dia rasakan. "Percuma kau terus merasa menyesal, soulmate kita tak akan kembali begitu saja. Kita cari tahu siapa yang membuat kekacauan ini,"ujar Eros kemudian.
"Ya."

"Ayah, ada apa sebenarnya? Kenapa Ina bisa mati mengenaskan seperti itu? Kenapa ayah?" Rose menangis tersedu melihat mayat Ina, pelayannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah, ada apa sebenarnya? Kenapa Ina bisa mati mengenaskan seperti itu? Kenapa ayah?" Rose menangis tersedu melihat mayat Ina, pelayannya. Mayat itu sudah sangat mengenaskan. Wajahnya sudah tidak bisa dikenali sama sekali, sekujur tubuh pelayan itu menghitam layaknya arang.

"Ayah... Dia sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri. Dia yang selalu menemaniku sejak aku kecil. Siapa ayah yang membuat Ina seperti ini? Kumohon katakan padaku!" Rose berdiri dihadapan Ashok, dengan tangan memohon dan air mata yang masih berderai.

Ashok memalingkan wajahnya. Berdecak pelan. "Amara."

Satu kata yang cukup membuat Rose membelalakkan matanya. "A..Amara? Putri Amara? Ba.. bagaimana bisa?"

"Dia bisa melakukan apapun untuk mendapatkan kursi ratu di Cassiopeia, putriku. Bukankah sudah sangat jelas jika dia mencintai Raja Eldard dan berniat menjadi ratu?" Ashok menatap lurus mata Rose sehingga mau tak mau Rose juga balas menatap ayahnya. "Dia berniat merebut posisimu Rose. Kau harus mulai menyadari itu. Dengan dia membunuh pelayan terdekatmu, bukankah itu berarti dia menantang kita? Mengancam kita."

Rose terdiam cukup lama. Mencerna setiap kata yang ayahnya berikan padanya.

"Ayah? Bukankah ayah bilang bahwa Eldard adalah soulmate ku?"

Ashok mengangguk. "Ya, tentu saja. Dia adalah soulmate mu sayang. Bukankah sudah jelas?"

"Itu artinya dia milikku kan ayah? Seperti ibu yang menjadi milik ayah?"

"Ya," jawab Ashok tersenyum. "Dia milikmu."

"Aku tak akan membiarkan siapapun merebut Eldard dariku ayah. Semua yang aku punya sudah kurelakan, tapi tidak dengan Eldard," ujar Rose. Tatapan gadis itu berubah menjadi begitu serius dan penuh tekad.

"Bagus. Buatlah dia menjadi milikmu sesegera mungkin. Anak ayah sudah sangat dewasa, ayah akan selalu membantumu untuk mencapai tujuanmu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Soulmate (Protect You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang