Bagian Delapan : Mengaca!

27.3K 3.8K 237
                                    

"Apa?" Wajah Sean mengatakan sebuah keterkejutan begitu mendengar kata-kataku.

Aku hanya menanggapinya malas sembari memutar bola mata. Terlanjur muak dan kesal setengah mati melihat wajahnya yang jeleknya sama dengan muka babi.

Sebutlah aku keterlaluan sebab telah menyamakannya dengan hewan.

Tapi tentu saja, bahkan meskipun hal itu adalah dosa dan tidaklah sopan, aku tetaplah akan memanggilnya demikian.

Lagipula apa peduliku? Dia hanya mantan tak berguna yang lebih baik sirna saja dari dunia. Aku tentu saja ikhlas jikalau mantan tunanganku dihina sedemikian rupa atau pun dihujat seluruh dunia.

Mantan adalah sampah yang lebih baik di buang di tempat sampah. Dan bagiku Sean adalah sampah terkotor di dunia yang tidak layak untuk didaur ulang.

"Dalam sebuah etiket bangsawan, jika Anda ingin mengajak seseorang bertemu dan berbicara. Cara pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengirim surat dan meminta persetujuan." Kataku dengan suara ketus.

Ini adalah sebuah dasar dari tata krama bangsawan. Mentang-mentang dia memiliki status tertinggi di dalam garis kebangsawanan, ia bertindak tanpa memedulikan tata krama. Benar-benar tidak sopan.

Wahai diriku yang dulu, aku bertanya-tanya apa yang membuatku dulu jatuh cinta padanya hingga rela mengemis cintanya seperti wanita kekurangan kasih sayang.

Jelas, Sean bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bakteri tidak terlihat dengan mata telanjang.

"Apa itu penting?" Balas pria itu dengan wajah tidak peduli.

Wah, wah, wah!

Setan tidak berguna! Iblis tidak berhati! Kotoran Babi!

Apa maksudmu tidak penting, hah?!

Wajahku segera dipenuhi oleh warna merah karena kekesalan yang membara. Bajingan ini benar-benar meminta untuk di mutilasi. Tidak cukup dengan hanya sombong dan tukang menyindir, ia pun tampaknya suka tidak mengaca.

Dia bilang, Alexei adalah pria tidak sopan. Tapi bahkan dirinya jauh lebih buruk dari Alexei sendiri.

"Yang Mulia sangat buruk. Apakah kamu belajar dengan cara yang sama seperti hewan?"

Cukuplah aku menjaga image dan kesopanan di depan Sean. Kali ini aku sudah menyerah dan akan memulai cara yang baru untuk menghadapinya. Ia bahkan tidak tahu apa itu sopan santun, untuk apa aku memperlakukannya dengan begitu sopan?

Bung, ini waktunya untuk memaki! Ayo maki dirinya dengan seluruh umpatan yang terpendam di dalam diriku ini!

Pria itu melebarkan matanya sejenak. Tampaknya terkejut dengan sindiranku.

Aku mendecih tanpa mencoba memperbaiki sikapku. Aku tahu ini mengejutkan. Sebagai Lady, pantang bagi kami bersikap begitu buruk kepada seorang pria, terlebih jika orang tersebut memiliki status dan kedudukan lebih tinggi.

Naas bila kuingat bahwa derajat wanita dalam abad pertengahan masihlah dibawah pria. Tidak ada kesetaraan gender disini karena wanita belum sepenuhnya merdeka.

"Saya tidak mengerti apa yang Anda pikirkan di otakmu yang kecil itu."

Ayo kita mulai sesi menjulid. Aku tahu ini dosa, tapi siapa peduli? Sean memang pantas dikutuk dan dihina.

Jika pria punya otot, maka kami kaum perempuan punya mulut pedas jika dalam urusan sindir menyindir. Sudah terlalu lama mulutku berdiam diri tanpa berkomentar mengenai kelakuannya yang tak selebihnya mirip dengan babi. Waktu kami memang masih bertunangan, aku memang memujanya. Tapi, jika kami sudah putus, mengapa pula aku harus menyanjung dan memujanya?

Male lead, Get away from me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang