Bagian Tiga Puluh Delapan : Kiss

7.6K 833 48
                                    

Well, sangat buruk.

Bagaimanapun, pria berambut panjang yang kini sedang duduk manis di atas pohon mengingatkanku pada makhluk astral yang berasal dari suatu negara.

"Hmmm? Apa itu, Ku-hah?"

Baik, lupakan. Lebih baik jangan disebutkan.

"Apa yang kau lakukan disana?" Tanyaku.

Wajah tampan, hidung mancung, dan juga rambut hijau yang menjuntai ke bawah. Mau Bagaimanapun aku melihat, itu adalah Joan.

"Saya sedang mengamati kecantikan dunia dari atas sini."

Oh ya? Bila kau menatapku dari atas sana dan kemudian menyebutkan mengenai kecantikan dunia sekarang, maka, aku yakin benar bahwa yang ia maksud adalah aku. Teman, aku cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa aku adalah wanita yang cantik dan indah.

Ketika aku mulai sibuk dengan anggapanku sendiri, suara tawa kemudian keluar dari mulut Joan. Kutebak, pria itu pasti telah membaca pikiranku. Dasar pria yang tidak mengerti privasi.

"Sebuah kepercayaan diri yang bagus." Katanya sebelum melompat turun, dan kemudian berdiri di depanku dengan rambutnya yang berkibar terkena angin.

Sejenak, aku merasa bahwa aku adalah MC di manga shoujo yang sedang bertemu pemeran utama pria. Suasana ini terdengar romantis, ditambah dengan alunan musik dari aula sana yang barangkali sedang melaksanakan dansa pasangan. Yah, aku akan sangat berharap bahwa pria di depanku adalah pria keren dengan sikap cool alih-alih pria menyebalkan dengan tampang tengil ini.

"Nona hanya belum melihatku dengan baik. Aku ini sangatlah keren." Sangkalnya dengan senyuman manis yang sampai ke mata.

Faktanya, memang benar bahwa Joan ini tampan, dan barangkali akan keren di mataku andaikan pria ini bukanlah sejenis makhluk yang senang sekali datang tanpa diundang. Hei, aku jelas tidak pernah memiliki pertemuan normal dengannya. Ia selalu datang tiba-tiba di hadapanku seperti hantu yang ada dimana saja. Coba ingat lagi dimana tempat kami bertemu, teman. Itu terjadi di sebuah gang sempit di alun-alun, kemudian di dalam kamarku, dan yang terakhir adalah taman rumahku.

Bagus, prilakunya minus sekali bagiku yang mendambakan pria dengan sikap wajar.

Sejujurnya, aku sudah lelah dengan dua pria gila dengan sikap yang jauh dari kata baik. Agaknya, Dewa di dunia ini tak senang melihatku besenang-senang dengan pria baik-baik yang sholeh sehingga senang sekali membuatku terlibat dengan pria-pria gila yang barangkali akalnya berpindah ke lutut.

Baik, lupakan! Memikirkan alasannya hanya akan membuatku menjadi makhluk gila keempat.

"Kau datang?" Menilik dari pakaian yang ia kenakan, aku berasumsi bahwa Joan adalah orang penting.

Pria dengan surai hijau muda yang cantik itu kini sedang mengenakan sejenis gaun pria. Aku tidak mengerti bagaimana konsepnya. Namun, itu adalah pakaian dengan warna kuning emas yang aku yakin terbuat dari sutra. Itu baju yang sangat cantik dengan nuansa kalem. Jelas sekali bahwa Joan tidak berasal dari Turca.

"Perwakilan negara." Katanya dengan senyuman misterius.

"Begitukah? Dari mana kau berasal?" 

"Nona akan mengetahui itu nanti."

Baik. Pria ini tampaknya ingin aku tutup mulut mengenai identitasnya. Bukan masalah, aku juga tidak begitu tertarik dengan identitasnya, jadi aku tidak peduli apabila ia ingin bermain rahasia-rahasiaan. Aku lebih peduli kepada hidupku yang sampai sekarang belum menjamah manis.

Pahit hidupku bahkan bertambah terasa sejak Clara mengusik hidupku yang baru menjamah damai beberapa saat.

Aduh, sungguh kejamnya dunia ini kepadaku. Sejujurnya, hatiku kini sedang gundah gulana dan merana, teman. Hiks.

Male lead, Get away from me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang