Ketika aku kemudian kembali fokus pada dunia sosial, undangan dari Istana itu datang kepadaku. Hal ini mengingatkanku kepada pria asing bernama Joan, Si Pembaca pikiran.
Menyenangkan tidak melihatnya selama berhari-hari. Karena itu artinya, aku tidak perlu terlalu menahan diri untuk tidak berpikir macam-macam di otakku yang naasnya selalu gagal. Bung, berbicara dalam pikiran sudah seperti keseharian. Aku tidak akan bisa untuk tidak kelepasan mengadakan rapat pribadi di dalam otak mungilku yang sungguh brilian.
"Pesta penyambutan apa?" Keningku mengernyit, kebingungan.
Ibuku, Adeline Blumaz melirikku sembari menyeduh teh. "Seorang tamu rahasia." Ujarnya singkat dan kemudian tersenyum lembut. "Kaisar barangkali ingin menunjukkan sesuatu yang hebat."
Kami sedang menikmati pagi hari dengan teh hangat dan beberapa biskuit di taman. Ini waktu Ibu dan anak. Rumah kami sedang sepi karena Ayah sedang melakukan perjalanan bisnis yang entah kemana dan Kakakku yang bertugas di area hutan monster belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang.
Barangkali Cedric yang melihat ratusan monster mengalami perasaan jatuh cinta pada pandangan pertama kepada monster betina dan memilih untuk menikahinya. Mungkin pria yang sehari-harinya selalu menyulut emosiku sebagai adik tengah merencanakan kehidupan masa tua bersama kekasih beda spesies hingga tidak pernah ingat untuk sekedar memberi kabar kepada orang rumah!
Jikalau saja bukan karena Samuel—ajudan Cedric kerap kali memberikan kabar mengenai kondisi Cedric. Aku pasti sudah yakin ia telah pergi menghadap Tuhan lewat perantara monster berwatak keji.
Oh Amelieku yang malang, naas sekali nasibnya harus mencintai kakakku yang senang sekali menghilang tanpa kabar.
"Omong-omong Eve Sayang. Ibu sering sekali mencium bau pria di sekitarmu." Ibuku yang mengatakan itu memiliki senyum yang menyipit hingga ke mata. Aku tahu benar bahwa artian senyum itu sangatlah tidak baik. "Jika kau memiliki banyak calon, mengapa tidak segera memperkenalkannya kepada Ibu?"
Ugh, sudah kuduga.
"Ahahaha, itu t-tidak benar."
Dear My Sweet Mother, memilah jodoh tidak semudah memilih mainan. Bahkan bagiku, memilih mainan bukanlah perkara mudah dan bagaimana bisa memilih calon pendamping harus begitu mudah? Hell! Itu tidak mungkin! Harus ada syarat A, B, dan C yang harus dipenuhi apabila teringin menjadi suamiku. Tentu saja, standarnya juga harus lebih dari Sean. Yah, seperti harta kekayaan dan juga wajah. Tubuhnya juga harus kekar dan memiliki kekuatan yang fantastis.
Ini bukan perkara matre, namun realistis.
Kalau bisa, jodohku harus dapat mendepak wajah tampan Sean dan mulutnya harus pandai merajai Grand Duke nomor satu di Kekaisaran Turca. Teman, aku tak ingin suamiku berada dibalik bayang-bayang bahwa mantan kekasihku yang membuat duniaku dilanda kesuraman jauh lebih sempurna dibanding dia.
Jikalau bisa, suamiku adalah dewa yang kaya raya agar Si Bajingan Sean itu menyesal telah mencampakkan wanita sesempurna diriku.
Singkatnya, jodohku hanya perlu kaya, titisan dewa, tampannya menembus langit ketujuh, pandai ber-ekhem-julid, memiliki proporsi tubuh sempurna, dan memiliki kekuasaan yang saking berkuasanya mampu membuat curut modelan Sean meringkuk dibalik selokan.
Nah, dimana aku bisa mendapatkan pria seperti itu sekarang?
Cih, meski aku sekarang meragukan tindakan tidak bermoral Sean di masa lalu perkara Clara, hatiku agaknya telah dipenuhi oleh dendam yang tidak berkesudahan. Sayang sekali ia meminta maaf kepadaku ketika menjulid-nya sudah menjadi kebiasaanku. Mantan, aku minta maaf dengan tidak ikhlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Male lead, Get away from me!
FantasíaTeruntuk Tunangan Saya yang begitu tampan. Kamu adalah seorang bajingan! *** Evelyn Blumaz bertunangan dengan Grand Duke Erhad, Sean Len Erhad. Hidupnya di dedikasikan sepenuhnya sebagi tunangan Tuan dingin yang membencinya. Namun, hal itu tidak b...