Bagian Empat : Mati saja kau, Sean!

32.3K 5.5K 325
                                    

Aku lantas menjauhkan tubuhku. Melepaskan tangannya yang seenak jidat memeluk tubuhku tanpa permisi. Aku juga tanpa hati-hati mendorong kepalanya ke belakang dengan kasar yang sebelumnya berada di bahuku dengan nyaman.

Well, itu mungkin bukan tindakan yang baik dengan bersikap tidak sopan. Tapi, Sean bahkan jauh lebih tidak sopan dengan datang mengacaukan acara minum teh kami dan secara tiba-tiba memelukku di saat kami bahkan bukanlah siapa-siapa lagi. Dahulu, kami adalah tunangan. Tapi sekarang, aku dan dia adalah orang asing.

Selayaknya mantan di perlakuan seperti musuh. Aku pun menganggapnya demikian. Sean adalah definisi sampah yang harusnya masuk dalan tempat sampah!

Dia belum berselingkuh dengan Clara, aku tahu. Tapi, dia secara dingin telah mengabaikanku bertahun-tahun, menganggapku sebagai benda mati tidak berdaya yang hanya ia manfaatkan demi mencari keuntungan.

"Evelyn, mendorong kepalaku seperti itu bukanlah tindakan tata krama yang baik." Sean mengusap keningnya sejenak, mata merahnya menatapku, dan aku bisa melihat kilatan bak pisau yang baru saja di asah di dalam mata ruby bak api itu.

"Lady, panggil aku Lady Blumaz." Aku dengan senang hati mengoreksi kata-katanya yang seenak jidat memanggilku dengan nama. Tapi, ia menolak memberi respon dan hanya diam sembari menatapku dengan kening berkerut.

Bagaimanapun, kami sudah resmi putus dan akan lebih baik jika ia menganggapku orang asing alih-alih bersikap seperti teman lama. Cih, teman lama apanya? Bahkan aku tidak yakin dahulu di masa kami kanak-kanak ia menganggapku sebagai seorang teman.

Bermimpilah saja Evelyn, Sean akan selamanya menganggapku pengganggu. Bahkan seumur hidup.

"Mengapa Anda disini, Yang Mulia Grand Duke?" Percayalah bahwa ini hanya sekedar basa-basi.

"Pertemuan bisnis dengan Marquess Andor, dan tanpa sengaja mendengar pembicaraan kalian mengenai diriku." Sean dengan jelas menyindir kami.

Amelie, Ivory, serta Mathilda merapat, berdiri di belakangku yang terhalang oleh meja bundar.

Pria ini sangat mengganggu. "Oh, jika begitu. Silahkan lanjutkan pertemuan bisnis Anda, Yang Mulia Grand Duke. Berdiri disini dengan wanita pastilah tidak nyaman." Aku tersenyum dengan paksa.

Kata-kataku jelas menyatakan sebuah pengusiran dan dengan sedikit sindirian di dalamnya.

Sean terdiam sejenak sebelum akhirnya mengeluarkan seringainya. Ia mendekatiku selangkah, dan aku menggeser tubuhku ke kanan, aku tidak bisa mundur ke belakang karena terhalang meja. Begitu aku bergerak, Sean menghentikan langkahnya. "Aku mungkin bisa menunda pertemuan bisnis kami. Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Evelyn."

Dia ingin berbicara denganku? Bermimpilah dulu, brengsek!

"Maaf, tapi saya harus pergi sekarang juga, Yang Mulia." Ini bagus, ayo kabur saja dan segera cuci mata. Menatap wajah Sean membuat mataku sakit.

"Ladies, Sayang sekali aku harus pergi. Lain kali, aku akan mengundang kalian di kediaman Blumaz. Selamat tinggal semuanya." Aku segera berbalik dan melangkah pergi. Aku bahkan tidak sempat melakukan tata krama dengan baik.

Aku hanya tidak sudi berdekatan dengan Sean terlalu lama. Bisa-bisa aku terkena alergi dan gatal-gatal!

"Evelyn, kamu sengaja pergi? Menghindariku?"

Naasnya, entah karena pria ini tuli atau terlalu bebal. Kakinya yang panjang itu senantiasa mengikuti langkah kakiku hingga kami sampai di depan halaman Mansion Andor. Tangannya bahkan dengan tanpa permisi menarik lenganku hingga membuatku berhenti berjalan.

"Yang Mulia!" Aku refleks berteriak dengan wajah merah. Kesal, tentu saja.

Sementara Sean yang ku teriaki hanya diam menatap wajahku lama. "Eve-"

Male lead, Get away from me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang