Bagian Tujuh Belas : Bertemunya Pemeran Utama

16.7K 2.1K 66
                                    

Tempat dimana orang yang aku duga adalah Clara terlampau bising. Ada satu pria lagi yang membawa lambang keluarga Viscount Lindak di dadanya, berdiri di depan perempuan itu dengan wajah geram. Sementara, Clara hanya mampu menunduk sembari memasang wajah bersalah.

Aku dan Sean secara otomatis menghentikan pembicaraan kami, secara menyeluruh memberikan seluruh atensi kepada mereka yang sibuk berbicara.

"Saya mohon maaf, Tuan. Saya tak sengaja." Ujar Clara, meminta permohonan maaf.

Ada sesuatu yang membuatku yakin bahwa ia adalah pemeran utama wanita. Deskripsi wajah yang ia miliki sama persis dengan apa yang dideskripsikan dalam buku. Seorang wanita cantik dengan rambut merah muda yang lembut seperti permen kapas, memiliki mata emas selayaknya matahari kecil, dan yang paling penting dari semua itu adalah tahi lalat di bawah mata kirinya.

Seperti sebagaimana pemeran utama wanita pada umumnya. Ia terlahir cantik seperti bidadari, bahkan dengan pakaiannya yang sederhana, tak semewah lady lain pada umumnya, yang hadir di pesta ulang tahun demi menggaet pria tampan nan mapan.

Yah, bahkan tanpa perlu memakai aksesoris berlebih. Jodoh Clara telah di tetapkan, dan orang itu adalah Sean, laki-laki yang kini berada di depanku dengan mata merahnya yang mirip permata Ruby. Bagi orang lain, Clara mungkin adalah seorang Cinderella yang beruntung. Tapi bagiku, ia tak lebih adalah seorang wanita yang menyedihkan. Betapa tidak beruntungnya menjadi jodoh pria idiot dengan rasa percaya diri yang kelewat tinggi.

Walau begitu, aku tidak berniat berempati. Karena wanita itu, hidupku di dalam novel sangat sengsara. Dari menjadi bahan gunjingan pergaulan kelas atas, korban perselingkuhan, dan bahkan dijual ke negara lain demi embel-embel membersihkan nama baik. Tidak peduli bahwasannya Clara adalah seorang pemeran utama wanita, diriku masihlah seorang wanita yang menyimpan dendam. Jika bukan karenanya, hidupku sebagai Evelyn di dalam novel akan sangat damai seperti air di aquarium, tanpa gejolak dan rasa takut diintai olah predator.

Ugh, sialan.

"Kau kehilangan matamu atau bagaimana?" Viscount Lindak tampaknya tak berbaik hati untuk memaafkan Clara setelah jas yang ia pakai kotor karena jus buah.

"Sungguh, Tuan. Aku tak sengaja." Lagi dan lagi, Clara menunduk dengan wajah cemas.

Sebagai perempuan yang tidak mengidolakan Clara, aku hanya diam tanpa mengambil tindakan. Itu bukanlah urusanku, aku tak peduli jika Clara akan dipermalukan atau apapun. Toh, ia bahkan tidak peduli ketika aku menjadi bulan-bulanan pergaulan kelas atas di dalam novel dan hanya bersikap sebagai korban.

Hei, akulah korbannya di sini bodoh!

"Sialan."  Viscount menggerutu sebal, mengumpat lantaran kelewat kesal.

Aku mengerti betul apa yang Viscount rasakan. Sebagai seorang pria bangsawan kelas bawah yang mendambakan wanita dengan mahar besar, acara besar seperti inilah yang menjadi ajang pencarian jodoh. Bahkan tak hanya untuk pria semata, para wanita juga berharap bahwa ada satu orang dari kelas bangsawan tingkat Count keatas yang jatuh cinta dalam pandangan pertama layaknya Cinderella.

"Saya akan mengganti rugi. Bila Tuan berkenan, Anda bisa mengirim surat kepada kediaman Yuvel. Saya akan menggantinya, sungguh!"

Clara, kamu terlalu naif. Hal itu tak semata mampu diselesaikan dengan uang. Kesempatan adalah kesempatan, sementara uang adalah uang. Itu berbeda. Jauh.

"Count Yuvel?" Viscount Lindak lantas tersenyum miring. Kurang lebih, aku tahu apa yang pria itu pikirkan sekarang. "Oh, kau anak haram yang sedang hangat dibicarakan dari pria itu?" Senyumannya jelas mengandung ejekan.

Mata Clara lantas melebar, mata kuning emasnya bergetar dan seluruh tubuhnya menegang. Aku tahu bahwasannya, topik yang diangkat Viscount Lindak teramat sangat sensitif. Seorang anak haram Count yang baru-baru ini terungkap. Siapapun akan marah apabila ia disebut dengan nama seperti itu.

Male lead, Get away from me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang