Bagian Tiga Puluh Tiga : Cincin

7.6K 1.1K 63
                                    

"Eve! Astaga, syukurlah kau sudah sadar."

Madam Helena memekik dengan air mata berlinang. Ia memelukku yang sedang terbaring dengan wajah yang panik luar biasa.

Aku hanya tersenyum menanggapi, kemudian diam-diam menatap langit-langit kamar yang sudah tidak lagi asing di mataku.

Aku pingsan lagi.

Agaknya benar bahwa memori yang kulihat itu terlalu besar untuk otakku terima. Terlebih, apa yang aku lihat di akhir memori itu terlampau mengerikan. Dunia yang hancur, dan seorang pria yang bahkan terlihat jauh lebih hancur. Lihat, aku hanya memikirkannya sejenak dan tubuhku sudah bergetar.

Sebenarnya, apa-apaan dengan semua ini?

"Ibu sangat terkejut melihatmu pingsan di dalam ruangan rahasia Sean. Aku senang kau sudah sadar sekarang. Astaga, Eve!" Sekali lagi, Madam Helena memeluk tubuhku yang sudah sedikit lebih baik setelah melewati pemeriksaan dokter.

Aku memeluk pelan punggung Madam Helena yang masih menangis ke dalam pelukanku. Namun, aku segera tersadar begitu sesuatu yang menarik perhatianku lewat melalui bibirnya.

"Ibu, ruangan apa?"

Madam Helena menatapku dengan wajah kebingungan sejenak. "Ah, itu adalah ruangan dimana Sean sering bersembunyi. Aku tidak yakin, Sean seharusnya sudah memberitahumu sebelumnya."

"Mengenai apa itu?"

Aku masih menunggu begitu Madam Helena bimbang mengatakan sesuatu. Namun, kebimbangannya tidak berlangsung lama. Ia kemudian mengatakan suatu fakta yang membuat tubuhku sedikit menegang.

"Mengenai sesuatu tentang pengasuhnya."

Pengasuh? Maksudnya apakah mengenai pengasuh yang sudah melakukan hal gila kepadanya?

"Ibu."

Belum selesai aku mengolah fakta yang aku dapat dari Madam Helena. Suara pria yang aku kenal masuk melewati gendang telingaku dengan nada memburu, seolah baru saja berlari dari tempat jauh.

"Se.....an?"

Di ambang pintu, pria bermata merah dengan rambut hitam yang berantakan, berdiri menatapku.

-------

"Sebaiknya kalian berbicara berdua. Ibu akan keluar untuk mengurus sesuatu."

Dan begitulah bagaimana dua anak muda yang kini berstatus sebagai mantan kekasih berada di sebuah kamar, berdua.

Catat itu, BERDUA.

Tapi aku sekarang tidak begitu peduli bahwa kami sendirian, berdua, atau bahkan berlima. Lupakan itu, ada sesuatu yang lebih penting daripada menyumpahi dan memaki Sean seperti hari yang biasanya. Aku perlu melakukan percakapan dimana Sean sudi memberitahuku mengenai beberapa hal.

Bagaimanapun, aku yakin sekali bahwa pria ini mengetahui sesuatu mengenai kehidupan masa lalu.

"Bukankah ada yang seharusnya kau katakan padaku?" Aku duduk di ranjang tidur dengan mata tajam.

Itu adalah sebuah gerakan yang percuma. Sean adalah singa yang rasa-rasanya tidak mungkin bisa aku intimidasi. Bahkan ketika aku sehat bugar seperti hari-hari biasa, ekspresiku yang biasanya membuat Nona di pergaulan kelas atas bergidik, faktanya hanya remahan biskuit bagi Sean.

Pria itu bahkan sekarang hanya duduk dan mengangkat alisnya sejenak. "Semoga cepat sembuh?"

Jelas, pria ini sedang bermain-main denganku.

"Sean, aku tidak sedang bercanda, bisakah kau mengatakan sesuatu yang lebih serius dan penting kepadaku sekarang?"

"Sesuatu seperti apa? Aku tidak dalam situasi dimana aku harus melaporkan perihal Hutan Monster padamu."

Male lead, Get away from me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang