Bagian Enam Belas : Clara Yuvel

16.1K 2.2K 72
                                    

"Tuan Grand Duke!" Pekik Dahlia sesaat setelah melihat Sean. Mata anak perempuan itu seolah mengatakan sebuah permohonan.

Kau sedang meminta tolong kepada Sean? Nona, bangunlah dari mimpi. Pria yang kau puja itu tak mungkin bermurah hati membantumu, kecuali dirimu adalah Clara, Sang pujaan hati.

Tapi, itu bukan berarti tidak mungkin. Barangkali karena dendam yang Sean miliki terhadapku, ia akan berani mengatakan kebohongan seperti apa yang Dahlia katakan. Lagipula, sama seperti Dahlia, aku bukan Clara. Baginya, aku hanya benalu yang sepatutnya disingkirkan dari muka bumi. Dan mungkin ketika ia melihatku menggertak Dahlia, Sean berpikir bahwa aku telah berprilaku jahat, dan akan sukarela mendukung Lady Noya untuk memojokkan diriku hingga ke ujung tembok.

Dasar Psikopat!

Mata merah Sean mendadak terfokus padaku, yang lantas membuatku ingin mencabut mata itu dari tempatnya. Melihatnya menaruh atensinya padaku hanya membuatku gerah. Akan lebih baik baginya jika ia melihat neraka, habitat asalnya, alih-alih diriku.

"Salam untuk Yang Mulia Grand Duke." Aku menarik ujung gaunku, dan memberikan salam hormat dan secara serentak diikuti oleh gerombolan kelompok kami yang sedari tadi bersitegang, kecuali Dahlia yang kini masih mengharapkan pertolongan.

"Maafkan kami apabila itu mengusik diri Anda, Grand Duke. Apa yang kami bahas bukanlah hal penting. Saya harap, anda tidak tersinggung." Ini adalah cara kerja mulut bermuka dua.

Ayo cepat pergi dari sini dan lenyap!

Melihat wajah Sean hanya membuatku ingin muntah lagi dan lagi. Namun, benalu yang baru saja membuat keributan tak membiarkannya berjalan dengan begitu mudah.

"Grand Duke, apakah Anda tahu? Lady Blumaz menyebar rumor buruk tentangmu!" Ujar Dahlia dengan wajah licik.

Aku yakin dalam hatinya kini sedang menertawai nasibku yang barangkali ia pikir akan tamat. Wah, kau pikir aku akan semudah itu tercerai berai? Tidak semudah itu, idiot!

"Rumor buruk?" Sean hanya bertanya, bahkan tanpa repot-repot menoleh ke arah Dahlia. Alih-alih melakukan itu, mata merahnya bertahan kepada diriku yang membuatku ingin berlari dari tempatku berdiri sekarang.

Cih! Alihkan matamu sekarang, atau kucabut benda itu darimu!

"Ya benar! Lady Blumaz mengatakan bahwa ia adalah orang yang memutuskan hubungan kalian. Bukankah ia berbohong, Tuan?"

Mulut Dahlia memang tidak ada habisnya. Bahkan ketika aku dengan sangat keras menegur dirinya, ia tak begitu rendah diri untuk menyerah. Alih-alih demikian, ia malah mencari muka kepada Sean, orang yang bersangkutan demi membenarkan asumsinya. Aku terheran mengapa ia begitu sudi mempermalukan dirinya sendiri untuk sesuatu yang jelas-jelas tidak ada untungnya dengannya. Jika apa yang ia katakan memang benar, lantas mengapa? Ia tidak akan mendapat manfaat selain melihat diriku di remehkan banyak orang. Jelas, itu bukanlah sesuatu yang harus aku khawatirkan karena kekuasaan yang aku miliki. Alih-alih merasa diuntungkan, Dahlia bisa saja dikucilkan oleh bangsawan lain karena diduga mencari musuh dengan Bangsawan kelas tinggi.

"Bukankah itu memalukan, Tuan. Orang yang memutuskan pertunangan itu jelas adalah Anda. Namun, Lady Blumaz dengan begitu percaya diri memutarbalikkan fakta. Memalukan." Ujar Dahlia, sembari menatapku remeh.

Memalukan? Oh Nona, kau adalah yang memalukan. Mengatakan omong kosong itu dengan begitu percaya diri. Apakah kau tak punya urusan lain selain mengurus hidup orang lain? Benar-benar definisi benalu masyarakat.

Huh, baik, aku angkat tangan sekarang. Jika Sean menyetujui itu semua, maka semuanya selesai. Lagipula, pria itu tak memiliki kenangan baik denganku, terutama untuk sebulan terakhir. Aku dengan sangat jelas mengingat bahwa diriku telah memaki, menindas, bahkan menghajar pria itu di depan umum tanpa ragu. Belum lagi tentang apa yang telah aku lakukan padanya dulu sekali.

Male lead, Get away from me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang