Bagian Dua Puluh Satu : Lampion dan Pemiliknya

13.1K 1.9K 102
                                    

Jika definisi cahaya itu putih, maka definisi kegelapan adalah Sean. Faham maksudku kawan? Ia seperti kegelapan, kekejaman, dan segala macam sesuatu berbau menyesatkan, ada di dalam dirinya.

"Apa maumu sekarang?"

Sekeras apapun aku mencoba untuk mencerna, aku yakin kini Sean mencoba membalas dendam atas semua hal yang sudah aku lakukan kepadanya.

Hahahaha, baik, ini adalah mimpi buruk.

"Aku sangat penasaran melihat reaksi Duke dan Duchess ketika melihat anaknya berkeliaran kesana kemari tanpa pengawal." Sean membuat wajah pura-pura berpikir, yang semakin membuat nafsu diriku untuk melayangkan meja ke wajahnya semakin menggebu-gebu.

"Yang Mulia Grand Duke, anda salah. Saya membawa pengawal saat da-"

"Maksudmu adalah pasukan yang dibentuk oleh Permaisuri yang kini telah kembali ke istana untuk mengurus Pria Botak dan teman-temannya itu?" Sean dengan begitu sukacita memotong perkataanku sebelum bibirku selesai melontarkan kalimat penjelas.

Aku tak sengaja melakukan itu. Sungguhan. Jumlah pria botak dan kawan-kawannya adalah enam orang, sementara pengawal yang mengawalku adalah tujuh orang. Jumlahnya memang cukup berlebih dari para hama yang menganggu malam tentram, namun, melihat bagaimana berat badan Si Botak dan teman-temannya yang dengan senang hati memamerkan perut buncit, aku secara sukarela mengirim mereka semua kembali. Bukan hanya masalah itu saja, akan gawat apabila mereka berhasil lolos karena pengawalan yang tidak ketat.

Lagipula, siapa yang akan menduga bahwa ada lagi pria aneh yang muncul selang beberapa detik setelah Berta dan teman-temannya pergi?!

Aku pun tak akan menduga bahwa benalu lain akan datang menimpaku malam ini dengan sangat cepat dan beruntun. Pertama, Si Botak dan kroni-kroninya. Kedua adalah pria tampan yang ternyata adalah pemilik gelang yang membuatku dilanda kesuraman. Dan terakhir adalah pria dihadapanku, Sean Si Kembaran Lucifer yang datang tanpa diundang.

"Kejadian kali ini benar-benar tidak disengaja." Kataku singkat, tanpa niat untuk berdebat.

Energiku sudah terkuras. Habis rasanya hingga aku ingin tidur saja untuk malam ini. Kesenanganku musnah, dan moodku anjlok parah.

Suram!

"Lagipula, Yang Mulia Grand Duke, mengapa anda bisa berada disini?" Aku pun balik bertanya, sembari mengerutkan alis.

Seharusnya, Sean tidak memiliki urusan di luar istana malam ini. Alih-alih itu, ia harusnya tengah dilanda asmara, kepada Sang Protagonis Wanita alias Si Clara itu. Mereka harusnya menari di tengah lampu benderang aula pesta, selayaknya pasangan Cinderella. Namun, mengapa pria yang harusnya kasmaran malah berada disini?

Hei, Tuan! Putri Dongengmu ada di Istana, bukan di gang kumuh!

"Itu pun yang seharusnya aku tanyakan padamu." Alih-alih menjawab, Sean berbalik bertanya.

Aku pun hanya berdecak, sembari berlalu pergi meninggalkannya melewati pintu gang kecil yang sedari tadi tersumbat kendala berupa Pria Tampan yang sebenarnya sangatlah merepotkan. Seolah anak ayam yang mengikuti induk, Sean mengekor di belakangku setelah menutupi rambut dan sebagian wajahnya menggunakan tudung jubah.

Yah, bagaimanapun, pria ini dikenal khalayak ramai sebagai Pahlawan Perang.

"Kau belum menjawabku, Eve." Lanjutnya, menuntut balasan.

"Aku hanya jalan-jalan." Balasku sekenanya, tanpa niat memberikan alasan berlebih.

"Kau berbeda sekali sekarang."

Oh dan haruskah aku berkata "Wow, benarkah?"

"Dahulu, kau begitu senang mengikuti diriku. Mengirim surat seperti tak ada kegiatan lain di dalam harimu."

Male lead, Get away from me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang