"Jadi, apa yang menjadi keperluan Grand Duke hingga berani datang kemari tanpa kabar terlebih dahulu?" Sedetik setelah kerongkonganku berhasil menelan seteguk teh pahit di malam hari, mulutku dengan senang hati mengirim sindiran pedas akan etika Sean.
Insiden balkon membuat terkejut banyak orang. Kakak yang sebelumnya bersantai karena menganggap bahwa Sean telah kembali ke habitatnya, harus kembali dibuat pusing dengan kelakuan nekat anak semata wayang Lady Helena yang seenak jidat. Mengerti bahwa Sean tidak akan kembali sebelum urusannya selesai, Kakak pada akhirnya mengizinkan kami bertemu satu sama lain di ruang jamuan tamu. Aku jelas tidaklah sudi, naas sekali bahwa wajah-wajah kelelahan pelayan rumah bertebaran dimana saja hingga membuat hatiku luluh.
Bagus sekali. Bukan hanya datang tanpa kabar terlebih dahulu, Sean juga telah membuat waktu para pekerja beristirahat tertunda. Lagipula, aku tidak yakin bahwa Sean akan pulang bahkan jika aku menolak bertemu, dan lagi, tidak ada jaminan bahwa ia akan berhenti mengusikku jika keinginannya malam ini tidak terpenuhi.
Dasar kekanakkan.
"Bukankah Lady Blumaz sendiri yang memintaku datang untuk berterima kasih?" Sean jelas menekankan kata terima kasih di kalimatnya.
Sialan. Sean jelas menodai derajat kaum laki-laki karena mulutnya yang hobi sekali menyindir itu.
"Melihat seberapa cepat anda berterima kasih. Tampaknya, Grand Duke sangat menyukai hadiah yang saya berikan, tidakkah itu benar?" Aku tersenyum licik.
Kau pikir hanya dirimu yang pandai bermain permainan kata, huh?
Sean salah mengira jika ia akan memenangkan debat ketika ia sedang melakukan perdebatan dengan kaum wanita. Excusme? Kami dikenal sebagai kaum dengan mulut pedas.
Selayaknya pepatah berbicara. Jika lelaki memiliki otot, kami memiliki lidah.
Wajah Sean memerah dan tangannya terkepal. Pria ini jelas sedang emosi. Yah, siapa peduli? Ini rumahku, jika ia berani macam-macam, aku hanya perlu berteriak dan Sean akan segera diusir dan diadili oleh pengadilan!
"Mulutmu pandai sekali berbicara, Nona." Perempatan siku muncul di dahi Sean.
Oh, apa kamu marah? Tapi, mohon maaf, orang yang seharusnya marah disini adalah aku, seseorang yang tidurnya terganggu oleh kehadiran makhluk tidak diundang yang sebaiknya pergi ke neraka saja.
"Tentu saja, Tuan. Kami para bangsawan perempuan diajarkan untuk berbicara dengan baik." Kataku dengan senyuman yang tidak sampai ke mata. Senyum tulusku mahal, mana sudi kuberikan kepada saudara kembar Lucifer yang tidak dianggap?
Mulutku memanglah pandai berbicara. Terutama untuk mengatakan kata-kata cantik mengenai dirinya yang terlalu bajinganable untuk diriku Sang Primadona. Kau tahu? Aku tidak bermaksud sombong, hanya berbicara fakta.
"Mengirimkan cermin dengan buaya sebagai bayanganku, benar-benar sebuah tindakan yang berani." Sean menatapku dengan mata tajam yang sayangnya tidak berhasil mengintimidasi diriku, Sang Harimau Betina.
Oh, apakah permainan kata kita berhenti disini?
Sean tampaknya lelah melakukan hal sia-sia seperti berebat dan memilih masuk ke inti topik. Cih, kamu menyerah hanya dengan awal permainan kata seperti ini? Sean jelas merupakan anak laki-laki yang tidak perah berdiri di samping Lady Helena setiap perkumpulan bangsawan di mulai. Mentalnya begitu lemah untuk menghadapi balasan kata cantik penuh makna. Jika seorang ksatria berperang dengan medan perang sebagai arena. Maka kami Para Nona dan nyonya bangsawan menjadikan ajang perkumpulan bangsawan sebagai medan perang dengan lidah sebagai pedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Male lead, Get away from me!
FantasíaTeruntuk Tunangan Saya yang begitu tampan. Kamu adalah seorang bajingan! *** Evelyn Blumaz bertunangan dengan Grand Duke Erhad, Sean Len Erhad. Hidupnya di dedikasikan sepenuhnya sebagi tunangan Tuan dingin yang membencinya. Namun, hal itu tidak b...