Haii, jangan lupa
Vote❤
Follow ❤Acha menatap seluruh ruangan. Tiba tiba dadanya sesak mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Ia langsung terbangun. Menghembuskan nafas nya dalam dalam"mama, papa"gumanya dengan senduh dan ketakutan.
Ia langsung melepaskan, selang infus di tangannya. Dan langsung berlarian keluar dari ruangan terburu Buru.
Tanpa mengetahui raga yang sedang duduk di sofa sambil memainkan Hendfone nya. Raga yang membuka headset nya"cha lu mau kemana"guman nya mengerjar acha.
Belum sampai beberapa langkah ia langsung terhenti menatap brangker yang tertutupi kain putih disana ada mutia. Dan rezi dan ke-dua orang tua raga.
Rezi mendekati acha. Yang terdiam tanpa satu patah kata pun yang keluar dari mulut nya"itu bukan? Antara mereka kan?. Itu orang lain kan"tunjuk acha. Ke rezi.
Rezi hanya terdiam tanpa satu kata pun ia keluar kan. Acha langsung mendekati Brankar itu dan membuka sehelai kain putih.
Tangis nya pecah melihat yudha yang terbaring lemah di Brankar Wajahnya sudah sangat pucat.
Acha memeluk isteris yudha "papa, pah jangan pergi tinggalin acha sama mama pahh" Tangisan acha makin pecah. Ia memukul berkali-kali dada nya yang terasa sangat sesak luar biasa.
Rezi manahan acha dan langsung memeluk achanya menghentikan apa yang acha perbuat"udah cha, udahh "
"Ngk, zi itu papa. Papa pergi katanya dia sayang sama acha. Di pergi duluan dari acha. Acha sendri zi" Aduh acha. Rezi hanya bisa menghapus air mata acha dengan satu jari nya dan tersenyum "Udah yahh. Anak baik ngk boleh nangis"
"Ngk bisa zih,itu papa acha. Cinta pertama acha. Acha ngk sangup" Jawap acha menggelengkan Kepala nya yang terasa sangat sakit luar biasa.
"Papa, papa jangan tinggal acha pahh" Guman acha. Menatap senduh kedua yang sedang menarik Brankar.
Acha mendongak menatap bola mata rezi."mama acha mana zi"tanya nya.
Rezi, mengemgam telapak tangan acha.acha hanya diam dan mengikuti langkah rezi.
Rezi dan acha.berdiri di ruangan kaca. Terlihat nana yang sedang terbaring lemah dan tak berdaya.dan beberapa selang oksigen terpasang disana"Tante nana koma cha.dan juga ternyata tante kena penyakit jantung akut selama ini, " Acha hanya bisa menatap rezi . Dan terdiam dengan Seribu kata.
Acha memejamkan matanya.
Tanpa mereka sadari, raga menatap mereka berdua dari kejauhan sambil tersenyum tipis. Senyum yang sangat sulit di lihat di balik topeng es batu nya."mana masih muda, masalah hidup sebesar ini"guman raga.
Hari ini, di pagi yang begitu sangat cerah nya. Tapi tidak untuk acha saat ini ia hanya terdiam sambil menatap orang orang yang menutupi lubang jenzah ayah nya.
Beberapa memori kerbesaman terbesit di pikiran nya.
"Apa, nanti acha kalo udah gede mau jadi dokter kandungan biarrrr bisa. Bantuin orang orang lahiran" Ujar acha kecil. Yudha tersenyum dan megelus pangkal kapala acha"mangkanya rajin rajin belajar yahh"
"Pah, Bang langit kok tiduran disana pah" Tanya acha kecil. Menunjuk adik yang sudah ditutupi kain putih dan di kelilingin orang orang membaca surah.
Yudha memeluk acha."bang langit udah pergi sayang jauh banget"
"Pergi kemana? Pah"
"Ke atas cha"Satu persatu, mereka sudah pergi meninggalkan acha dan raga disanaa. "Ayo pulang?"
"Acha, masih mau liat Papa" Jawab acha, mengelus papan nisan.
"Jangan nangis lagi, nanti tambah jelek" Ujar raga .
"Terserah, raga kalo mau ngehina jangan sekarang yah. Acha lagi sedih nanti acha pukul dengkul raga." Ujar acha. Ia menyebarkan bungga di atas makam Yudha.
"Gue, ngk ngehina cuman pengen lu.udah hampir setengah jam gue nunguin lo.pulang sekarang atau gue tarik paksa"
"Pemaksaan gah"
"Kalau ngk di paksa lo ngk bakalan mau pulang" Jawab raga.Acha, hanya mengehela nafas kasar. Dan mencium nisan Yudha "papa, acha pergi dulu yah. Acha janji bakalan datang kesini lagi" Pamit acha. Ia langsung pergi meningalkan raga. Dan raga hanya menyusul dari belakang.
"Gah"
"Heemm"
"Gue, mau ke rumah sakit mau jenguk mama" Ujar acha. Raga menganguk "tapi sebentar aja yah. Ada yang mau mama papa omongin katanya"acha menganguk"iya"Di perjalanan menuju rumah sakit, acha hanya menatap jendela mobil sambil menghapus setiap tetesan air mata di wajahnya. Memikirkan kejadian dan peristiwa yang sangat mendedak membuat nya sangat sangat shock.
"Papa sama abang langit pergi di atas. Ninggalin aku sama mama. Dan mama cuman bisa tiduran aja" Batin acha.
Acha, menutup matanya dan mengingat satu momen kejadian si hidup nya.
"Pah, coba liat monyetnya jelek banget mirip kek bang langit" Ejek, acha.
"Enak, aja" Balas langit kesal."Pah, liat ada gorila mirip banget kek acha" Acha menoleh dan mencubit perut langit. "Bang langit jahat"
"Ih, mah coba liat acha. Dia hina abang. Eh abang bales malah nyubit lagi" Aduh langit yang disaat itu sedang berumur tujuh tahun. Dan acha kecil sedang meginjak lima tahun.
Kini, acha dan sekeluarga sedang berjalan jalan di kebun binatang. Saling mengejek satu sama lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
unconditional
Cerita Pendek"Alah ngk, usah sok deh, Emang, lo yah cewe kecentilan banget yang ngk punya harga diri" "Maksud lo apaa hah! Ngatain gue kek gitu!. Gue sama raka itu cuman temen dan ngk ada maksud buat deketin!!! "Acha menatap wajah raga dengan tajam. Raga tersen...