jadi??

136 23 4
                                    

Kesempurnaan, adalah cangkupan hidup nomor satu”





“Kesempurnaan, adalah cangkupan hidup nomor satu”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acha membuka matanya secara perlahan. Pandangan nya menatap langit langit rumah sakit. "Acha, masih? Hidup" Batin, acha. Acha menoleh kesamping sebelah kanan. Terlihat dengan jelas. Ada raka, mama iren, bunda nana disana.

"Acha" Nana, dan irene memeluk acha berbarengan.acha tersenyum tipis "cuman, ada kak raka? Raga dimana" Batin acha sekali lagi.

"Acha, akhirnya kamu sadar juga nak"

"Emang? Ac-cha, berapa? Lama tidur???" Tanya, acha. "Udah, tiga minggu" Jawab nana.

Acha terdiam sejenak.menatap ke samping sembari tersenyum ke arah raka"kakk"

Raka, berjalan mendekati acha mengengam tangan acha"gimana??"

"Apanya??"
"Tidur? Panjang nya? Enak?" Acha tersenyum "enakk, lahh ngk capek"

"Yaudah, bobo lagiii" Balas raka, mendapat kan tatapan yang di berikan acha. Raka terkekeh "udah, cuman main main aja kok"

"Raka!! Acha, jangan di jailin donk, baru juga sadar" Peringatan dari irene"iya, tante"

"Raka!! Acha, jangan di jailin donk, baru juga sadar" Peringatan dari irene"iya, tante"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raga, sedang bersantai sambil memainkan game di hendfone nya. Pintu terbuka, terlihat gio yang sedang membawakan tumpukan buku. Memasuki kamar dan meletakan nya di samping raga. "Belajar!!"

Raga, meletakan hendfone nya"kamu! Belajar! Yang bener!!!!, sebentar lagii ujian!"ujar gio.

"Tapi, pah"jawab raga.

"Ngk! Ada tapi, tapi an! Contoh Kakak kamu. ! Dia menang tiga olimpade sekaligus! Dan mendapatkan peringkat umum! Di sekolah nya" Raga menatap buku, sekilas dan hanya menghela nafas nya.

"Iya pah"balas, raga ia sudah sangat lelah berdebat dengan papa. Walaupun sekeras apapun ia meyangkah pasti Papa nya selalu menang.

"Bagus!, jangan bisa pacaran! Aja!" gio melangkah meningalkan kamar raga.

Sebenarnya, raga sudah terlalu lelah untuk kembali belajar dan belajar. Tapi gio tetep lah gio. Ia ingin semunya sempurna, apa lagi kalo soal nilai. Itu adalah reputasi untuk nya. Masak, bos perusahaan besar anak nya bodoh tidak menang Olimpiade Kan malu.

unconditionalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang