bencana

120 22 0
                                        

Jika mencintai mu sulit, izinkan aku melupakan rasa ini”

”Jika mencintai mu sulit, izinkan aku melupakan rasa ini”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~24422~









Kini, acha sedang menikmati sejuk nya pantai si sore hari. Bersama raka acha tak henti memandang wajah putih bersinar itu. Senyuman nya yang candu. Membuat acha nyaman di deket nya.

Jika, ia di bilang egois ia ia sangat egois. Hatinya masih terpantau dengan raga. Tapi raganya menerima cinta nya raka.

"Jika, aku tidak bisa bersama orang yang aku inginkan. Setidaknya aku bisa bersama orang yang sangat sangat menginginkan ku. Bukan karna diri ku egois atau apa. Aku juga ingin merasakan dicintai oleh seseorang" Batin acha sambil menatap senja.

"Luka kemarin sangat lah Perih dan menyakitkan bagi ku. Cukup untuk ke kenang dan tak ingin diriku kembali.aku berjanji, bakalan selalu bersama kamu raka. Karna aku tak ingin diri mu sakit seperti sakit ku padanya" Batin, acha tersenyum tipis.

Raka, mengadakan tangan nya"jalan jalan keliling pantai yuk. Air nya mulai surut ni"acha menganguk dan mengengam tanggan raka.

Mereka, belarian di pantai. Sambil sesekali tertawa renyah dengan lemparan candaan masing-masing.

"Kak, fotoin acha donk" Ujar acha. Meberikan ponselnya. Raka langsung menerima ponselnya dan memotret nya."bagus?, ngk hasil nya"acha berjalan melihat Potret dari raka"belajar dari mana ni kok bagus"

"Wah ngeremehin yah kamu" Ujar raka mengelitiki acha. "Hahahah, udah kakk" Raka langsung memeluk acha. "Jangan, pergi dari raka  yah acha"

"Iya, kak Raka"
"Kaka, sayangg banget sama acha. Makasih yah udah mau mulai nerima cinta nya kakak" Acha mengaguk dan mentap Raka"makasih yah, kak udah mau cinta sama acha"Raka menganguk"iya, sama sama syantikkk"

"Ayok pulang ke masion kak nanti temen temen nyariin kita lo" Raka menepuk jidatnya"oh iya kakak lupa kakak kan ngk pamit sama mereka"

"Nah kan, ayooo" Acha menarik tangan raka berlarian ke parkiran.

Raka, mengambil helm nya dan memasang kan nya di Kepala acha"wah, sekarang kak raka udah bisa pasangin acha helm yah"raka tersenyum dan mencubit pipi acha"iya donkk, demi acha acha nehi nehi"

Raka, langsung menaiki motor dan di ikuti acha. Acha memeluk pinggang raka dengan erat. Dan raka tersenyum sambil menatap wajah acha lewat  spion motor.

Sambil menuju masion. Banyak candaan dan tawaaan yang mereka layangkan di tambah angin malam yang menyentuh kulit mereka membuat mereka sangat nyaman.

Tak terasa juga, kini mereka sudah sampai di masion milik dimas. Terlihat ada dimas, raga, Mutia, Devi dan Alvaro disana.

"Kalian? Kemana ajasih, Tiba-tiba ngilang capek tau nyariin nya" Aduh Mutia sambil meminum segelas jus jeruk.

"Batu, balik dari pantai liat senja sambil makan makan" Jelas acha.

"Dih! Kok ngk ngajak sie gue juga mau" Balas Mutia.

"Eh! Mereka itu mau pacaran berduaan. Kalo ngajak lu sama aja beban" Timpa dimas.

"Cieee, sekarang udah sama Raka yah? Udah Moveon sama raga nie?" Tanya Devi memainkan alisnya.

"Apaansi"Devi menyengol "cie"

"Ga, acha good bye ye sama elu. Soalnya udah dapet pengeran kalo ama lu makan hati nanti acha" Ujar Devi. Membuat raga pergi menjauh dari sana.

"Ngambek kek nya"
"Tapi bener juga omongan lu" Balas Alvaro.

"Eh? Kalian? Udah makan belum? Acha tadi beli ini buat kalian" Ujar acha mengajukan sekantung keresek yang ia pegang.

Dimas, langsung ngambil nya dari tangan acha"wah, makasih yah cha. Emang lu perhatian banget sama gue"dimas membuat isi kantong keresek dan menghirum aromanya.

"Woii, bagi" Rezi langsung mendekat "wah sate, martabak sama roti bakar enak ni" Seru rezi.

"Udah, udah kalian ambil piring langsung tata aja di meja makan nanti kita makan bareng bareng" Ujar devi mereka pun menganguk.

Semua pergi mengikuti dimas dan rezi. Menyisakan devi dan alvaro saja disana. "Kamu? Ngk papakan?" Alvaro tersenyum "Gpp kok, emang ada apa?"

"Ngk cuman aneh aja, liat kamu sekarang jadi Penyendiri. Kita aja udah lama ngk jalan bareng kek dulu" Alvaro tersenyum . Merapikan rambut devi. "Nanti kita jalan yah, kamana aja yang kamu mau. Sesudah kita pulang dari sini"

"Wahh, enak bangettt looo" Seruu mutiaaa.

"Ih  lu makan kek bocah tau ngk" Ujar rezi membersihkan bibir Mutia dengan sapu tangannya.

"Cieee wik wik cieee ahayyyy sleberrr tttttttt" Goda dimas. Mutia langsung mengambil alih sapu tangan "gue bisa sendiri"

"Kamu, mau? " Tanya raga . Mentari menganguk"iya "raga langsung memnyuapi sepotong roti bakar dengan rasa selai stoberi kepada mentari.

" Gaes, gue ke toilet bentar yah"pamit Alvaro. "Jangan lama lama" Ujar devi "iya"

Mantari melihat kepergian Alvaro tersenyum tipis"gue harus bilang tentang kemarin "batin mentari. " Gaes, permisi ke kamar yah soalnya badan tari lagi ngk enak banget"

"Mau? Aku anter" Mentari menggeleng "ngk usah ga"

Mentari bejalan dengan santai, ke arah toilet dan menunggu Alvaro sampai selesai.

"Kak, varo" Cicit mentari. Alvaro menoleh "ada apa? "

"Bisa ikut tari ke taman sebentar ada yang harus tari omongin" Alvaro menganguk.

Mentari dan Alvaro duduk di kursi taman tepat nya di samping  masion dimas.

Mentari langsung menunjukan sebuat tespack yang bergaris dua "apaapaan? Ini"

"Kamu, hamil kak" Jawab mentari.

"Ngk!! Mungkin!!. Ini pasti bukan saya ayah nya! Kamu pasti bohong kan!. Kamu selingkuhin saya! " Bentak Alvaro.

"Kak!, kakak ngelakuin itu ngk pakek pengaman apapun . Dan mentari cuman ngelakuin itu sama kakak. Ngk pernah sama yang lain" Jawab mentari, dengan air matanya yang sudah mengalir deras.

"Ngk!!! Ngk!!! Ngk mungkin itu anak saya!!!" Alvaro menarik rambutnya degan keras sambil memukul pohon. "Mending kamu gugurin bayi itu!!"

"Ngk kak! Ini anak kita darah daging mentari mentari ngk sangup kalo mau bunuh dia"

"Yah? Jadi mau gimana lagi ha! Kita itu masih sekolah. Kamu tau sendirikan papa orangnya gimana dia mau kakak kuliah di luar Negeri!. Dan kamu masih kelas 2 SMA" Jelas Alvaro membuat mentari menunduk dadanya begitu sakit dan juga keluh. Kepalanya terasa pusing dengan apa yang terjadi yang menimpa nya.

"Jadi? Kaka ngk mau tanggung jawab" Mentari mengulang.

"Tangung? Jawap apa ni?"

unconditionalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang