healing

119 19 3
                                    

Tuhan itu adil
Jika dia tidak bisa
Memberikan ia yang kau ingin kan, mungkin saja
Ada yang lebih terbaik
Untuk mu:)

Tuhan itu adilJika dia tidak bisaMemberikan ia yang kau ingin kan, mungkin sajaAda yang lebih terbaikUntuk mu:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



3422





Hari ini adalah hari dimana dika,dimas, Mutia,devi,Raka,alvaro, acha, raga dan mentari, rezi sedang berlibur di mansion untuk sekalian belajar kelompok untuk ujian. Akhir semester ini.

Kini mereka menuju mansion yang letaknya jauh dari perkotaan. Menggunakan dua mobil.

Mobil pertama diisi Raka dan acha duduk di paling depan.dengan Alvaro yang menyupirr mentari,raga duduk di bangku belakang.

Mobil kedua diisi Mutia, dika,devi ,rezi, dimas sebagai supir mengendarai mobil.

Di, mobil pertama diisi dengan keheningan.hanya sibuk mendengar alunan musik yang terdengar di telinga mereka.

Dan, si mobil kedua dika yang duduk nya di tengah sendirian sibuk mengoda devi dan juga Mutia.
"Haii, mantan" Dika, memainkan alisnya. "Haii, calon istri" Dika, membentuk jari saranghaeyo ke arah devi. "Apaansi, lo gaje banget" Timpal devi.

"Ih, ayang nya alvaro marah nieee. Sabar yah ayang mu lagi menengahi konflik keluarga nanti juga balik kok" Devi, yang sangat sungkan mendengar perkataan yang di lontarkan dika. Memasang hendshat di telinganya.

"Kebiasaan" Timpal dika.

Kini mereka sudah sampai di masion milik dimas."nanti, bik surti sama pak rustam bakalan arahin kalian kekamar kalian masing masing. Gue mau ambil kunci masion bagian lain"ujar, dimas semua mengangguk.

"Yah pisah lagi kitaa" Ujar raga kepada mantari. Mantari hanya diam sekali kali melirik jam alvaro di samping nya.

"Iya, kamu juga" Balas mentari. "Alah, alay cuman kek gini doank udah kek di tingal perang aja" Timpal, rezi. Dika merangkul bahu rezi dan berjalan mendahului mereka bersama pak rustam.

"Non ayo" Acha tersadar dan menoleh, "ia bik"jawab acha.

Disini, kamar wanita dan prempuan di pisah. Dan beruangan agak jauh.

Disisi, cowok ada dua kamar yang di tempati. Alvaro, raka dan raga dan kamar dua ada dimas, rezi dan dika.

Untuk kamar pertama prempuan ada acha, Mutia dan kamar kedua ada Devi dan juga mentari.

Kali, ini setidaknya sebelum waktu ujian mereka di berikan waktu dua minggu untuk belajar. Dan di manfaatkan satu minggu untuk belajar bersama.

"Mut, acha keluar bentar yah, acha mau cari angin" Mutia mengaguk"jangan, jauh jauh yah cha. Dan jangan Lama-lama Nanti masuk angin"

"Iya, mutiaaaa" Acha menutup pintu dan menghela nafasnya. Tak lama di berlajan di toilet. Terdengar seperti ada suara orang muntah muntah. Ia berjalan mendekat dan ternyata orang itu adalah mentari"tar kamu? Gpp?"tanya acha.

"Ngk, gpp kok" Mentari membersihkan mulut nya. Entah kenapa ia beberapa hari ini sangat sering mual mual tidak jelas dan juga kepalanya pusing berdenyut.

"Ngk, ih kamu bohong aku anter ke kamar yah" Mentari menganguk. Acha langsung memopong mentari dengan hati hati memasuki kemarnya. "Yallah mentari kanapa cha" Tanya Devi.

"Ngk, tau aku jalan langsung liat dia muntah muntah Di toilet," Devi langsung memberikan obat kayu putih kepada mentari dan memijit nya dengan ringan.

Tak lama ada raga yang menerobos masuk, dan langsung memeluk mentari dengan erat. Acha hanya terdiam dan matanya berkaca kaca. Menatap kedua instan tersebut.

Jalan, nya mundur secara perlahan-lahan dan berlarian. Langkah nya terhenti melihat raka yang ada di depannya. Dan langsung memeluk. Raka dengan hangat.

Raka, menatap bola mata Raka sambil memegang tangan Raka. "Makasih, udah mau selalu ada sama aku. Terimakasih udah jadi sahabat acha" Raka tersenyum tipis dan mengusap air matanya acha.

"Ngk, boleh nangiss. Dan sama sama Raka janji sama acha. Raka bakalan selalu ada buat acha"

"Tunggu Raka sukses yah. Nanti bakalan Raka ajak keliling dunia" Acha tersenyum dan tertawa. Dan mengacuhkan jari kelingking nya.

Raka, menyambut nya"janji, donk selalu sama Raka yah cha"

"Pastii, donk" Raka tersenyum.

Hari, ini mereka ada jadwal untuk belajar bersama sebentar dan selesai nya mereka akan berjalan jalan di puncak.

Acha, merasakan sangat sulit mengerjakan soal nya. Ia menatap raga yang berada di samping nya. Dan menghela nafas. Beranjak dan mendekati raka"ka, bisa bantu acha"

Raka, tersenyum "iya, mana yang mau di bantu" Acha mengajukan bukunya. "gimana cara ngerjainnya acha lupa rumusnya"

"Oh, ini kalau tingal kali kan udah tu kamu bagi deh, nah"

Raga, yang menyadari acha, sudah sedikit menjauh darinya.ia hanya menatap dari kejauhan . Dulu  acha selalu memaksa nya. Dan merek dengan nya agar di ajarkan cara menjumblhkan yang ia tidak di mengerti.

"Ga, woi anj!" Teriak rezi. Raga menolehkan Kepala nya dan langsung mengerjakan soal nya. "Ga, ini kan udah gue kali udah tu gimana lagi!!!"

Mantari, berlarian tergesa gesa sambil meneteng kantong kresek nya. Ia mengeluarkan beberapa tespck dari beberapa merek. "Semoga ngk positif plis" Guman mentari memasuki kamar mandinya.

Selang, dari beberapa menit ia pun keluar toilet. Dan menunggu hasil tespck keluar. Jantung nya berdengup dengan kencang saat ia mengangkat tiga tespck sekaligus secara bersamaan. Dan hasilnya pun sama positif .

Dada, mentari berdengup dengan kencang, hancur hancur sehancur nya. Kaki lemas dan terpelosok di lantai lantai. Sambil memegang perut datarnya.

"Ngk!!!, ngkk!! Mungkin" Teriak mentari, sambil menarik narik rambunnya.

Entah, mimpi apa di semalam, hinga mendapatkan kenyataan yang paling buruk di hidup nya.

unconditionalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang