Hai semua... Malam mingguan bareng Abang sama Ze yuk...
Jangan lupa ramein komentar yaa...
Sebelum baca, pencet ⭐ dulu yuk!
💍 Happy Reading 💍
Malam berlalu begitu saja. Begitupun dengan pagi yang dengan cepatnya berganti siang lalu sore. Semalam, Argan tidak berhasil mengejar Zerina karena gadis itu langsung mengunci pintu kamarnya.
Tadi pagi pun sama, setelah menyuap habis sarapannya, Zerina langsung melesat ke dalam kamarnya, mengurung diri lagi. Bahkan siang tadi, sepertinya Zerina tidak makan siang. Argan kembali tak bisa 'menggapai' Zerina.
Sore ini Banu dan Giya akan pergi menghadiri undangan pernikahan anak dari rekan bisnisnya. Sementara Regan sudah menghilang sejak pagi tadi.
"Ya udah nanti kamu susul dia aja di kamarnya, kasih dia pengertian." Ujar Banu.
Banu sedang menunggu Giya yang sedang berusaha 'merayu' Zerina agar anaknya yang keras kepala itu mau menyerah saja dan menerima pernikahannya dengan Argan.
Argan menatap Banu heran. "Aku masih boleh, Om, ke kamarnya Ze?"
Pertanyaan heran dari Argan tentu membuat Banu terkekeh. Banu paham maksud Argan menanyakan hal itu, mungkin karena Argan yang berniat menikahi Zerina bisa saja Banu melarang mereka berduaan lagi di kamar. "Kamu masih bisa Om percaya kan?" Banu justru bertanya balik.
Argan tentu menangguk pasti. "Ya masih lah om, masih banget." Ucapnya sambil tertawa sumbang.
Banu hanya mengangguk-angguk, kemudian berdiri saat melihat Giya sudah mendekat ke arahnya.
"Gimana, Ma?" Tanyanya sambil merangkul pundak sang istri.
Giya hanya mengedikkan bahunya. "Masih belum deal."
Giya beralih menoleh pada Argan, pemuda itu tampak meringis dengan jawabannya. "Kamu ajak ngobrol dulu aja adik kamu yang keras kepala itu!"
Argan mengerjapkan matanya dua kali.
Giya pun sepertinya merasa ada yang salah dengan ucapannya sendiri. "Eh kok masih dianggap adik aja ya." Giya sengaja menjeda ucapannya sambil melirik Argan. "Calon istri kamu harusnya ya." Lanjutnya sambil terkekeh.
Banu dan Giya sontak tertawa melihat wajah Argan yang tampak salah tingkah itu.
"Ya udah kami tinggal dulu ya, Ar." Ucap Banu sambil menepuk pelan pundak Argan.
"Iya, Om, Tante, hati-hati."
"Sama camer masih manggil Om sama Tante banget nih?" Goda Banu sambil mengulum senyum geli.
Argan tentu semakin salah tingkah, ia bahkan menggaruk pelipis kanannya.
"Panggil Papa sama Mama aja, Ar, biar kayak Ze!" Ucap Giya.
"Iya, Tan, eh, Ma." Balas Argan sambil tersenyum canggung.
Banu berlalu menuju mobilnya, Giya menepuk sekali pundak Argan.
"Hati-hati, Pa, Ma." Ucap Argan sedikit berteriak saat mendengar klakson mobil Banu berbunyi kemudian meninggalkan pelataran rumah.
Argan pun menutup pintu lalu menguncinya. Tujuan selanjutnya adalah kamar Zerina.
Sesampainya di depan pintu bercat putih itu, Argan langsung membuka kenop pintu yang ternyata tidak lagi dikunci setelah Giya keluar dari sana.
"Ze?" Panggil Argan seraya menutup pintu dan melangkah masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rasa Abang
RomanceZerina Andrayanti Verbena tak pernah menyangka kalau sewaktu TK dulu dia pernah melamar seorang pemuda yang usianya terpaut sepuluh tahun di atasnya. Zerina kecil saat itu meminta pemuda tersebut untuk menjadi pangerannya saat dirinya beranjak dewa...