18. Supermodel

7.8K 587 24
                                    

"Kantin yuk, Ze!" Ajak Fifi saat bel istirahat telah berbunyi.

Belum sempat Zerina menjawab namun pergelangan tangannya sudah ditarik paksa oleh Fifi, membuat gadis itu mendengkus.

Zerina dan Fifi sepakat ke kios Bu Titin. Zerina merogoh saku seragamnya, lalu beralih merogoh saku roknya. Fifi langsung waspada menatap Zerina, terlebih gadis itu sudah menyengir lebar.

"Kenapa lo? To the point deh!" Tanya Fifi.

Zerina menyengir kembali. "Uang gue ketinggalan di dompet, Fi. Tadi kan lo langsung narik gue jadi gue belum sempet ngambil uang. Bayarin makanan sama minuman gue dulu ya?"

Mulut Fifi sudah mencibir tanpa suara sepanjang Zerina berbicara. "Haduuhh, masa istri dosen minta traktir sama rakyat jelata sih."

"Mulutnya, Fi, astaga!" Ujar Zerina gemas sambil celingukan.

Kini berganti Fifi yang menyengir lebar. "Iya sori."

"Duh Bu, pastelnya montok-montok banget kayak Bu Titin." Komentar Fifi sambil terkikik begitu antrean tiba pada mereka.

Zerina refleks melirik ke arah kotak plastik besar berisi pastel dan risoles yang berada di dalam etalase. Memang benar, pastel Bu Titin selalu terlihat montok dengan isiannya yang padat.

Wanita paruh baya bertubuh gempal itu terkikik geli. "Bisa aja, Neng Fifi. Pada mau pesan apa?"

"Batagor dua ya, Bu. Minumnya satu es teh tarik, satu lagi jus alpukat." Sahut Fifi.

"Jus alpukatnya kayak biasa ya Bu Titin, gula sama es batunya sedikit aja ya."

Itu bukan suara Zerina maupun Fifi. Mereka bertiga sontak menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Jovan yang sedang berdiri di samping Zerina. Kedua tangannya tenggelam di dalam saku celana. Senyum manisnya terpatri di wajahnya.

Ah, andai saja perasaan Zerina bisa terbuka untuk Jovan. Anak dari jurusan IPS yang berwajah tampan dengan segudang prestasi yang telah membanggakan nama sekolah. Pemuda yang setiap harinya selalu menjadi topik perbincangan di kalangan para siswi. Mungkin mereka sudah menjalin kasih sejak dua tahun lalu.

Jovan yang sudah mendekati Zerina sejak kelas sepuluh akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaannya saat mereka duduk di kelas sebelas. Namun Zerina terlalu malas untuk berpacaran. Puluhan kali Jovan mengajaknya 'jalan', puluhan kali itu pula Zerina menolaknya.

"Duhh Bang Jovan hapal betul ya sama pesanannya Neng Ze." Komentar Bu Titin.

"Iya dong, Bu." Sahut Jovan sambil terkekeh. "Saya pesan siomay sama jus sirsak ya, Bu." Lanjutnya.

"Siap, silakan ditunggu." Ucap Bu Titin.

Mereka bertiga menempati kursi kosong yang tak jauh dari kios Bu Titin. Kantin di sekolah Zerina sebenarnya ada dua. Satu diperuntukkan khusus siswa yang memesan katering dari sekolah. Dan kantin satu lagi merupakan kantin yang terdiri dari kios-kios penjual makanan dan minuman, termasuk kios Bu Titin ini.

Saat jam istirahat ke dua seperti saat ini, kantin yang saat ini Zerina datangi tidak terlalu ramai, karena cukup banyak siswa yang berlangganan katering sekolah.

"Wow! Udah lama juga ya gue nggak gabung sama kalian." Celetuk Jovan.

"Bintang sekolah mah selalu sibuk, kita sih maklum." Sahut Zerina sambil terkekeh.

Jovan tertawa renyah, tangannya terangkat mengacak puncak kepala Zerina dengan gemasnya.

"Gue gabung ya." Ucap Wira yang sudah duduk di sebelah Fifi, membuat gadis itu terlonjak.

Suami Rasa AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang