💍 Happy Reading 💍
"Bang?" Panggil Zerina.
"Hm?"
Napas keduanya masih memburu usai percumbuan mereka beberapa menit yang lalu.
"Maaf ya, Bang, aku ---"
"Sshh iya nggak papa, Ze. Abang ngerti kok." Potong Argan sambil mengusap lengan atas Zerina yang masih polos.
"Abang marah nggak?" Tanya Zerina lagi sambil mendongak.
Argan menunduk menatap Zerina. "Nggak kok, Ze. Maaf ya Abang malah bikin kamu jadi nggak nyaman gini?" Ujarnya.
Zerina mengangguk, kemudian mengeratkan pelukannya pada Argan. Hal itu membuat kedua mata Argan sontak terpejam karena merasakan benda kenyal milik Zerina yang menekan kulitnya. Argan bahkan merasakan pergerakan pucuk mungil itu.
Saat ini tubuh atas Argan dan Zerina masih sama-sama polos seperti tadi. Zerina bahkan sudah semi polos karena hanya pakaian dalam berbentuk segitiga yang menutupi bagian tubuh bawahnya.
Sejak tadi Argan sedang berusaha meredam setiap gejolak dalam tubuhnya karena percumbuan panasnya dengan Zerina yang tiba-tiba harus terhenti. Bagaimanapun juga Argan merupakan laki-laki dewasa yang teramat normal, hasratnya selalu muncul bila sedang bermesraan dengan Zerina. Dan Argan selalu mengharapkan hal lebih dari sekadar bercumbu. Namun lagi-lagi harus ditekannya.
Menikah tanpa menyentuh Zerina ternyata sulit Argan lakukan. Selalu ada saja kesempatan bagi keduanya untuk memulai. Tak jarang juga Zerina yang memulai lebih dulu, dan Argan tentu menyambutnya.
Mulai malam nanti, haruskah Argan berikrar untuk tak lagi menyentuh Zerina sebelum gadis itu benar-benar siap untuk menyatukan diri mereka? Argan berdoa semoga saja Zerina tidak khilaf untuk memulai atau memancing sisi laki-lakinya.
"Mandi dulu, Ze, udah jam segini." Ucap Argan sambil menunjuk jam dinding dengan dagunya setelah cukup lama mereka saling diam.
Zerina mengangguk lalu bangkit duduk lebih dulu. Melihat punggung putih Zerina yang terekspos begitu sempurna membuat Argan menelan salivanya. Oh, rasanya Argan ingin memeluk tubuh Zerina dari belakang dan kembali menghujani punggung polos itu dengan kecupan-kecupan kecil sambil telapak tangannya berjelajah di bukit kembar yang berada di balik punggung itu. Atau menyusuri tulang belakang Zerina dengan telunjuknya agar bisa Argan dengar lenguhan dari bibir Zerina. Astaga! Argan langsung menggelengkan kepalanya untuk menghalau pikiran-pikiran liar yang kembali bermunculan.
Baru saja Argan berniat untuk tidak menyentuh Zerina seperti dulu. Namun sekarang, ia justru sudah tergoda lagi. Argan langsung mengembuskan napas kasar.
"Aishh bra aku dilempar kemana sih, Bang?"
Argan terkekeh, pandangannya ikut memindai sekitar. Ia sendiri tak ingat.
"Udahlah nggak usah pake bra, cuma kita berdua di rumah." Ujar Argan yang langsung dihadiahi tepukan kencang di pahanya. Terdengar pula dengkusan dari Zerina.
Argan sudah berdiri, sementara Zerina masih duduk di sofa. "Mau Abang gendong nggak?" Godanya sambil mengerling.
"Hmm... Boleh deh." Kedua tangan Zerina terulur ke atas sambil terkikik.
"Mau gendong depan atau belakang?" Goda Argan lagi sambil menaikturunkan alisnya.
"Depan aja deh, seru kayaknya." Sahut Zerina yang kembali terkikik.
Argan langsung mengusap wajah Zerina. "Mesum banget sih istri Abang."
"Kan Abang yang ngajarin wleee." Sahut Zerina sambil menjulurkan lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rasa Abang
RomanceZerina Andrayanti Verbena tak pernah menyangka kalau sewaktu TK dulu dia pernah melamar seorang pemuda yang usianya terpaut sepuluh tahun di atasnya. Zerina kecil saat itu meminta pemuda tersebut untuk menjadi pangerannya saat dirinya beranjak dewa...