Halooo semua, semoga masih sabar ya nungguin Zerina sama Argan...
Ramein komentar kalian yok, part ini agak hmmm 😎
Jangan lupa ⭐ nya!
💍 Happy Reading 💍
Kening Argan mengernyit kala membuka pintu rumah dan mendapati Zerina yang sedang dipapah oleh Fifi, gadis itu sedikit meracau.
"Eh? Ini Ze kenapa, Fi, kok sampe kayak gini?" Tanya Argan bingung karena Zerina langsung merangkul posesif lehernya.
Fifi langsung meringis melihat aura Argan saat ini. "Eum itu... Ze sedikit minum tadi."
"Bang, gerah banget." Racau Zerina sambil mengipasi wajahnya sendiri dengan telapak tangannya. Hidung Zerina bahkan sudah mengendus di ceruk leher Argan.
"Ini kenapa lagi, Fi?"
Wajah Fifi semakin pias.
"Emm... itu, kalo nggak salah sih. Kalo nggak salah lho ya, Bang. Kayaknya ada yang isengin Ze deh, kasih ..." Fifi menjeda ucapannya demi melihat respon Argan telebih dahulu. "Obat perangsang kayaknya." Cicit Fifi kala melihat aura Argan yang semakin kelam sekelam langit malam ini
Argan menggeram, rahangnya langsung mengeras. "Kok bisa, Fi?"
Fifi menggeleng lemah. "Nggak tau, Bang, tadi aku sempet ninggalin Ze sebentar karena ternyata ada temen SMP aku yang juga dateng ke party itu. Pas aku nyamperin Ze, eh Ze udah aneh kayak gini."
Argan hanya mengembuskan napas berat.
"Mau aku bantuin urus Ze dulu nggak, Bang?" Tanya Fifi hati-hati. Sebenarnya ia ingin langsung menenggelamkan diri di Teluk Alaska, siapa tahu ia bisa melihat Aurora Borealis secara langsung bukan?
Argan menggeleng. "Nggak usah, Ze biar saya yang urus. Kamu langsung balik aja, Fi, udah malam. Maaf ya saya nggak bisa antar."
Fifi mengangguk paham kemudian pamit pada Argan.
"Makasih banyak, Fi." Teriak Argan begitu Fifi membunyikan klakson mobilnya.
Argan langsung menutup pintu dan menguncinya dengan susah payah karena Zerina sejak tadi masih terus mengendus-endus lehernya.
Argan langsung menggendong Zerina dan membawanya ke kamar Zerina. Begitu Argan merebahkan Zerina di tempat tidur, Zerina langsung menarik leher Argan. Melabuhkan satu kecupan yang cukup lama membuat Argan membatu, mencoba mencerna yang terjadi.
Argan hendak menarik kepalanya namun ternyata Zerina cukup kuat menahannya. Bibir gadis itu bergerak pelan di atas bibirnya membuat Argan refleks memejamkan kedua matanya.
Argan kembali hendak menarik kepalanya, namun lagi-lagi Zerina menahannya. "Kayak gini dulu, Bang."
Zerina kembali melumat bibir Argan. Perlahan Argan pun membalas pagutan Zerina, mengulumnya bibir atas dan bawah itu. Argan akui ia menikmati ciuman ini, karena Zerina mulai mengimbangi ciuman mereka.
Argan sedikit bersyukur karena ternyata dirinya masih normal, ada sesuatu di tubuhnya yang bereaksi saat mereka berciuman seperti ini. Namun tetap saja sebagian otak kecilnya memerintahkannya untuk melepaskan tautan bibir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rasa Abang
RomanceZerina Andrayanti Verbena tak pernah menyangka kalau sewaktu TK dulu dia pernah melamar seorang pemuda yang usianya terpaut sepuluh tahun di atasnya. Zerina kecil saat itu meminta pemuda tersebut untuk menjadi pangerannya saat dirinya beranjak dewa...