14. Wajar ?

11.3K 702 19
                                    

Gaes, aku kira bab ini sudah aku publish kemarin, ternyata belum ya huhuhu.

Langsung baca yuk, jangan lupa ⭐ dan komennya!

💍Happy Reading 💍

Begitu Zerina menuruni tangga, terdengar Banu dan Argan yang sedang berteriak heboh. Argan tadi sempat memberi tahu Zerina kalau malam ini dia dan Banu akan menonton bareng pertandingan sepak bola laga semifinal leg kedua Piala AFF antara timnas Indonesia kontra Singapura.

Raut ketegangan terlihat jelas pada wajah-wajah suram kedua lelaki beda generasi tersebut. Begitu netra Zerina melirik ke sebelah kiri atas yang terdapat di televisi, terlihat angka 2 : 2 di sana. Di saat yang bersamaan pula terlihat seorang pemain Singapura yang Zerina tahu akan melakukan tendangan penalti pada gawang Indonesia, padahal waktu pertandingan sudah berlangsung 90 menit. Ah, mereka sedang senam jantung rupanya!

Begitu kiper Indonesia mampu menepis bola dari tendangan lawan, Argan dan Banu kembali bersorak heboh. Dapat Zerina lihat wajah kedua lelaki itu yang begitu semringah.

Zerina yang masih berdiri akhirnya ikut duduk di sofa yang diduduki Banu, dan langsung merebahkan kepalanya di atas pangkuan Banu. Wajah Zerina menghadap ke perut Banu, lalu memeluk erat pinggang papanya tersebut. Banu langsung menyambutnya, mengusap lembut surai panjang kecokelatan milik putrinya.

Setelah ketegangan sedikit terlewati, mereka berdua kembali bersorak lagi atas gol untuk skuad Garuda.

"Ze, kamu duduk sendiri lah! Ini Papa jadi nggak bisa gerak-gerak gini nih!" Banu berdecak karena Zerina masih rebahan di pangkuannya, membuat Zerina mencebik.

"Biarin aja, Ze kan mau peluk Papa. Besok kan Papa udah berangkat ke Jogja!" Balas Zerina ketus.

Tidak tahukah Banu kalau Zerina hanya ingin bermanja-manjaan dengan sang papa sebelum besok Banu dan Giya berangkat ke Jogja.

Dapat Zerina dengar kekehan yang keluar dari mulut Banu. Selanjutnya papanya itu kembali mengusap-usap rambut Zerina.

"Iya deh iya. Uluh-uluh anak Papa ngambek nih ceritanya." Ujar Banu sambil menarik kencang ujung hidung Zerina membuat gadis itu meringis sakit, sementara Banu semakin terkekeh.

"Sini sini, Ze, rebahan di pangkuan Abang aja!" Goda Argan sambil menepuk-nepuk kedua pahanya.

"Nah tuh, mending di Argan gih!" Timpal Banu sambil mengulum senyum geli.

Zerina berdecak menanggapi ucapan suami dan papanya itu. "Nggak mau, orang aku maunya sama Papa aja!"

Kedua lelaki itu akhirnya tergelak karena berhasil membuat Zerina kesal. Dan Banu pun hanya bisa pasrah saat posisinya tak bisa bergerak bebas untuk mengekspresikan dirinya selama pertandingan bola masih berlangsung.

Saat pertandingan selesai, Zerina langsung mendahului Banu ke kamar orang tuanya. Kali ini ia ingin kembali bermanja-manja dengan mamanya. Kalau perlu Zerina tidur dengan Giya. Biar saja Banu tidak bisa berduaan dengan Giya.

"Mama." Panggil Zerina begitu membuka pintu kamar orang tuanya.

Zerina melihat Giya sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil memainkan ponsel.

"Hei, sayang. Sini sini temenin Mama." Sahut Giya sambil menepuk sisi kosong di sebelahnya setelah wanita itu meletakkan ponselnya di atas bantal.

Zerina langsung berlari kecil ke arah ranjang orang tuanya. Kemudian mengempaskan tubuhnya di sana, tepat di atas paha Giya. Lalu memeluk perut mamanya dengan begitu erat.

Suami Rasa AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang