Argan tak menyangka kalau ucapan Zerina tempo hari agar mereka menjaga jarak benar-benar direalisasikan oleh gadis keras kepala itu. Terhitung sudah dua hari ini Zerina selalu menghindarinya. Sepertinya selalu ada saja alasannya untuk menghindar.
Argan selalu saja dibuat tak berkutik kala Zerina dengan lancarnya menghindarinya. Seperti tadi pagi, tiba-tiba Fifi sudah menjemput Zerina. Hal itu tentu membuatnya uring-uringan. Ia juga tak ingin kalau Banu dan Giya sampai curiga dengan perubahan sikap mereka.
"Kenapa sih, Ar, itu muka dari kemarin gue liat suntuk banget kayaknya?" Tanya Dipta, sahabatnya sekaligus rekan sesama dosen.
Siang ini Argan dan kedua sahabatnya sewaktu SMA dulu sedang makan siang bersama di kafe miliknya yang tak jauh dari kampus tempatnya mengajar. Kafe yang baru dirintisnya dua tahun ini, sebelum Argan menjadi dosen.
"Gue tebak pasti ada hubungannya sama dedek gemes." Tebak Dipta.
Argan mendengkus. Apakah wajahnya begitu kentara sampai kedua temannya ini bisa dengan mudahnya menebak?
"Diem kan dia, Yo? Brarti bener." Tuding Dipta meminta pendapat Mario.
Mario langsung mengangguk-angguk. "Emang cuma dedek gemes sih yang bisa bikin temen kita ini uring-uringan." Ujarnya sambil tertawa.
"Lo sama Ze kenapa emangnya? Lagi slek?" Tanya Dipta, kali ini lebih serius.
Kedua pundak Argan terangkat lemah. "Ya bisa dibilang begitu."
"Diomongin lah, Ar!" Saran Mario.
"Gimana gue mau ngomong kalo dia ngehindar terus dari gue." Ujar Argan lesu. Bahkan sejak tadi ia hanya mengaduk-aduk makanannya saja tanpa berminat menyuap ke mulutnya.
"Lo sama Ze abis ngapain emangnya?" Tanya Mario kepo.
Mata Dipta memicing. "Jangan bilang kalian abis ...?"
"Abis apa? Jangan mikir yang nggak-nggak lo!" Potong Argan.
Dipta terbahak. "Ya kali aja kalian abis kecup-kecupan ya kan? Biasanya orang-orang kayak kalian itu kalo nggak sengaja abis kissing langsung jadi canggung gitu."
"Emang gue sama dia orang-orang kayak giamana?" Tanya Argan cepat sambil mendelik tak terima.
"Brother zone." Sahut Mario yang langsung membuat Dipta menjentikkan jarinya.
Argan berdecak.
"Kalian itu deket banget-banget kayak orang pacaran tapi ngakunya cuma abang-adean." Decak Dipta.
"Jadi bener kalian abis ciuman?" Tuding Mario.
Argan kembali mendelik, untung saja ia tidak panik dan mampu menjaga ekspresi wajahnya karena tudingan kedua sahabatnya yang seratus persen benar itu.
"Nggak lah." Sahut Argan. Nggak salah lagi maksudnya. Lanjutnya yang hanya diucapkan dalam hati.
"Ajak nikah aja lah, Ar, kalo dia udah lulus! Daripada nantinya kalian LDR-an kan. Yang ada nanti lo makin uring-uringan kalo jauh dari dia." Saran Dipta.
Uhuk... Uhuk...
Argan yang sedang menyeruput minumannya langsung tersedak karena saran dari Dipta yang teramat lancar itu.
"Gila lo, ngasih saran nggak kira-kira! Mana mau dia langsung nikah." Decak Argan.
Bukan tanpa alasan Argan berujar seperti itu. Sebab kemarin saja Zerina dengan tegas menolak tawarannya untuk menikah.
Kedua pundak Dipta terangkat sekilas. "Coba dulu aja ajakin, gue yakin seratus persen dia pasti mau. Gue berani yakin kalo dia juga nggak mau LDR-an sama lo nantinya." Ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rasa Abang
RomanceZerina Andrayanti Verbena tak pernah menyangka kalau sewaktu TK dulu dia pernah melamar seorang pemuda yang usianya terpaut sepuluh tahun di atasnya. Zerina kecil saat itu meminta pemuda tersebut untuk menjadi pangerannya saat dirinya beranjak dewa...