Halooo semua, masih pada ingat sama Argan & Ze nggak nih?
Please jangan lupain mereka karna authornya lama nggak update hihihi..
Langsung baca yuk, jangan lupa ⭐ ya!
💍 Happy Reading 💍
Zerina menyusuri sudut rumahnya mencari keberadaan Giya dan Banu, namun tidak terlihat. Yang terlihat hanyalah lima buah koper yang sudah berjejer rapi di dekat sofa ruang tengah. Sayup-sayup terdengar suara dari arah dapur, Zerina pun langsung menuju ke sana.
Begitu netra Zerina melihat Giya yang sedang berjongkok di depan kulkas, dan sosok Banu yang sedang berdiri depan meja makan, Zerina langsung mempercepat langkahnya. Zerina langsung menubruk Banu dari belakang, pipi gadis itu bersandar di punggung tegap sang papa.
"Astaga, Ze!" Pekik Banu kaget, namun tetap balas merangkum lengan Zerina yang berada di perutnya.
Tak ada satupun yang berniat membuka suara, mereka hanya saling meresapi kebersamaan semacam ini. Nanti siang, Banu dan Giya akan berangkat ke Yogyakarta. Mulai besok, orang tuanya tak lagi berada di rumah ini.
Mendengar isak tangis di balik punggungnya, Banu pun berbalik. Lelaki itu langsung merangkum wajah putri bungsunya. "Heiii kok anak Papa nangis lagi? Ini hidungnya udah kayak bekantan lho. Nggak malu sama suami kamu tuh." Cerocosnya sambil terkekeh. Dagunya mengedik ke arah belakang Zerina, tempat Argan berdiri.
Zerina langsung memukul punggung Banu, papanya itu benar-benar paling ahli dalam merusak suasana. Terlebih lagi, terdengar suara cekikian dari Giya dan Argan. "Papa ih rese banget!"
Banu kembali terkekeh, tanpa banyak kata menarik Zerina ke dalam dekapannya. Hanya hitungan detik, netranya sudah berkaca. Membayangkan waktu yang begitu cepat berlalu. Rasanya lelaki itu baru saja menikahi mama dari kedua anaknya, rasanya baru saja Regan terlahir ke dunia, dan rasanya baru kemarin juga Banu menggendong tubuh mungil Zerina di kedua pundaknya. Namun sekarang? Putri bungsunya sudah berusia 18 tahun. Putri bungsunya kini telah menjadi istri orang.
"Pa?" Panggil Zerina begitu mengurai pelukannya dari Banu, kepala gadis itu mendongak.
"Kenapa?" Banu menggumam seraya menyingkirnya helaian rambut Zerina yang menempel di pipi putrinya yang telah basah, kemudian menyelipkannya ke belakang telinga putrinya.
"Aku ikut sama Mama Papa ya? Sekolahnya izin dulu."
"Kamu berubah pikiran? Mau ikut pindah ke Jogja aja sama Papa sama Mama?" Tanya Banu lagi.
"Ya nggak lah papaku yang ganteng, cuma ikut beberapa hari doang. Aku kan udah nikah sama Abang masa LDM." Sahut Zerina gemas.
"Emang kenapa kalo LDM?"
"Ya... Nggak... Kenapa-kenapa." Sahut Zerina terbata.
"Hayooo ada yang mulai nggak bisa jauh-jauh dari suami nih kayaknya." Goda Banu sambil menarik ujung hidung Zerina.
"Ihh nggak gitu!" Elak Zerina.
"Emang gitu kan? Kamu kayak Mama aja yang nggak bisa jauh-jauh dari Papa." Ujar Banu begitu jumawa sambil terkikik.
"Dihh Papa belum pernah ngaca ya?" Sahut Giya yang akhirnya menanggapi obrolan suami dan anaknya itu.
"Tuh, Pa, ngaca, Pa! Padahal Papa sendiri yang nggak bisa jauh dari Mama." Cibir Zerina.
Ucapan Giya dan Zerina membuat Banu tergelak. Ibu dan anak itu memang kompak sekali.
"Pa, Ma, apa aku sama Ze beneran ikut aja ya? Supaya aku bisa gantian nyetir sama Pak Jaja?" Ucap Argan yang sudah ketiga kalinya mengutarakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Rasa Abang
RomanceZerina Andrayanti Verbena tak pernah menyangka kalau sewaktu TK dulu dia pernah melamar seorang pemuda yang usianya terpaut sepuluh tahun di atasnya. Zerina kecil saat itu meminta pemuda tersebut untuk menjadi pangerannya saat dirinya beranjak dewa...