4. Panggilan Video Dengan Regan

10.8K 781 43
                                    

Pencet ⭐ dulu yuk...

💍 Happy Reading 💍

Tok.. Tok.. Tok..

Argan dan Zerina sontak menghentikan tawa mereka saat mendengar suara ketukan di kamar Argan.

"Ar? Ada Ze di dalam nggak?" Teriak Giya dari luar kamar Argan.

"Ada, Ma, masuk aja!" Sahut Zerina ikut berteriak.

Pintu kamar Argan terbuka. Terlihat Giya yang sudah terlihat rapi. Posisi Zerina masih merebah, sementara Argan duduk bersila dengan tangan kanannya yang masih memegangi pergelangan kaki Zerina.

"Kamu gimana sih, Ze, ini Mama sama Papa mau berangkat lho. Kamu kok malah di sini?" Omel Giya yang membuat Zerina terkikik.

"Habisnya Mama sama Papa dari tadi ribet banget sih, ya udah aku gangguin Abang aja di sini." Ucap Zerina masih terkekeh.

Giya berdecak. "Kamu itu kalo gangguin Abang bisa nggak sih nggak usah ada acara berantakin kasur segala?!" Giya geleng-geleng kepala melihat selimut Argan yang begitu berantakan. Bantal-bantal berserakan di lantai.

"Ih apaan, Abang sendiri yang berantakan selimutnya kok, dari tadi ngelitikin aku terus!" Adu Zerina kembali membuat Giya geleng-geleng kepala.

Argan mendelik tak terima. "Enak aja, kamu sendiri kalo ngomong minta dikelitikin sama orang-orang."

Zerina kembali terkekeh.

"Udah, udah! Ayo turun dulu, antar Mama sama Papa sampe depan!" Titah Giya.

"Siapa Mamaku yang awet muda!" Seru Zerina yang langsung duduk tegak dengan tangan membentuk sikap hormat.

Giya kembali berdecak, kemudian beranjak keluar dari kamar Argan.

"Buruan turun, bercandanya lanjut nanti!" Seru Giya begitu ia sampai di ambang pintu.

Wanita itu tahu pasti, kalau tidak diingatkan pasti kedua anak itu akan melanjutkan acara bercandanya.

Zerina pun langsung beranjak dari kamar Argan yang langsung disusul oleh lelaki itu.

Sementara di lantai bawah, Banu sedang geleng-geleng kepala karena sejak tadi Zerina terus saja berteriak. Suara tawanya bahkan menggema sampai ke lantai bawah. Tak lama Argan pun muncul sambil memanggul Zerina seperti karung beras. Pantas saja anak gadisnya itu teriak-teriak seperti di hutan.

Kalau mereka bertemu selalu saja ada hal yang diributkan, sedangkan kalau salah satu dari mereka ada yang pulang telat atau Argan menginap di tempat temannya selalu saja saling mencari.

"Cepet kan udah sampe bawah? Kamu nggak cape juga jalan sendiri." Ucap Argan sambil tertawa, sesekali mengatur napasnya yang terengah.

Zerina mendengkus kesal dengan napas yang juga terengah. Memang tak perlu jalan sendiri sih tapi tadi jantungnya terasa terbalik.

"Hih, kesel banget asli!" Sewot Zerina sambil mencubit lengan Argan kemudian memuntirnya.

Banu yang melihat hal itu saja sampai meringis. Rasanya pasti panas. Banu jadi berpikir kalau jiwa kekerasan Zerina mengalir deras dari Giya.

Suami Rasa AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang