11. Onz

426 86 3
                                    

Jika ditanya apakah aku menyayangi kedua orangtuaku? Aku akan jawab YA, aku menyangi mereka tapi tolong sayangi aku balik.

Jika ditanya apakah aku menyayangi kedua orangtuaku? Aku akan jawab YA, aku menyangi mereka tapi tolong sayangi aku balik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌨🌨

Willona masih menangis dipelukan Razgav sampai sesenggukan, baju cowok itu sudah basah karena air mata Willona, sejujurnya Razgav pun tidak mau melepaskan pelukannya. Mungkin saat ini Willona butuh untuk ditemani.
Gav mengusap-ngusap punggung Willona, memberikan ketenangan pada gadis itu. "Nangis aja Will, karena air mata bukan tanda lo lemah tapi bukti lo masih punya perasaan."

Willona melepas pelukannya lalu memandang Gav, "Gav kenapa gue ga bisa kaya anak-anak lain? yang bahagia dapet kasih sayang penuh dari orang tuanya. Gue juga pengen bahagia kaya mereka Gav. Gue pengen nyerah sama hidup ini rasanya"
Eluh Willona dengan suara paraunya, membuat Gav semakin tidak enak hati.

"Willona gue emang ga tau banyak apa yg sebenernya lo hadapin, tapi ketika lo pengen nyerah gitu aja, inget seberapa lama lo berjuang, bertahan dan ngelewatin semuanya. Gue emang ga bisa bantu apa-apa tapi kalau lo lagi butuh sesuatu kalau lo lagi butuh sandaran lo masih punya gue, walaupun gue orang asing dikehidupan lo."
Razgav kembali menatap Willona dengan tatapan sendu.

"Gav, gue ga tau kedepannya bakalan gimana gue bingung sama hidup gue sendiri gue ga tau bisa bertahan sejauh mana lagi Gav" Willona menunduk, dan kembali menangis.

Gav memeluk Willona sekali lagi dengan perasaan tulus, mengusap-usap punggung Willona untuk menenangkan gadis itu, "Nyatanya lo bisa bertahan sampe saat ini kan? lo itu kuat Will, lo hebat . Yang hancur itu keluarga lo, hubungan orang tua lo. Bukan masa depan lo."

Lama mereka berpelukan, sampai tidak sadar Willona sudah masuk ke alam mimpinya dalam pelukan cowok itu nyaman.
Dering telepon terdengar, ternyata suara itu dari hp Willona yang tergeletak di lantai. Razgav dengan perlahan merebahkan tubuh Willona di sofa, mengganjal kepala gadis itu dengan bantal sofa. Razgav berjalan ke arah ponsel Willona, terpampang nama Bang Daf dengan emoji 'Love' di belakang namanya.
Gav hampir lupa bahwa Willona mempunyai Kakak laki-laki, dengan cepat Gav mengangkat panggilan itu.
Razgav menceritakan semua yang Willona alami hari ini, membuat Daf terkejut di seberang sana.
"Tolong jagain Willona dulu ya, gue bentar lagi pulang"
Pinta Daf sebelum menutup panggilannya.

25 menit Daf datang, ketika masuk ke dalam rumahnya daf melihat kekacauan disana Daf mengernyitkan alis. Kini mata Daf tertuju pada Willona yang sudah terlelap di sofa panjang, menghampiri adiknya itu dengan perasaan khawatir. Tangannya mengelus rambut Willona sayang, tiba-tiba hatinya sakit melihat mata Willona yang sembab, di tambah lagi perban melingkar di tangannya, membuat Daf menjambak rambutnya merasakan rasa sesal yang hinggap di dada karena ia tidak bisa menjaga adiknya dengan benar.

"Tadi bokap sempet telpon tapi gue lagi praktek"
"Pas selesai praktek ada chat dari nyokap kalau mereka pisah. Udah gitu pikiran gue langsung tertuju ke Willona gue buru-buru jalan ke parkiran sambil nelpon dia dan lo yg angkat."
Daf masih mengelus kepala Willona, " Makasih lo udah jagain dia. Gue ga tau kalau ga ada lo bakalan gimana."

Gav mengangguk, menunduk sebentar sebelum kembali mendongakkan kepalanya melihat tangan Daf yang mengelus rambut Willona, "Udah jadi tugas gue sebagai temennya Willona Bang."

"Willona dari kecil kurang kasih sayang dari orang tua kita, mereka sibuk kerja, pulang pun cuma mastiin kita masih hidup aja kayanya"
Daf tertawa miris melihat wajah putih pucat Willona dengan hidungnya yang memerah.
"Ketika gue selalu dituntut jadi sempurna Willona dituntut buat menjadi dewasa sebelum waktunya, dibandingin dengan temen-temen sekolahnya karena emang kemampuan belajar Willona itu kurang, makannya gue sayang banget sama dia, kalau bukan gue siapa lagi yg bakalan jagain dan kasih dukungan ke dia."

"Gue ga tau banyak tentang dia, tapi disekolah willona itu cewek ceria, banyak bicara, jahil dan ga bisa diem gue ga expect kalo sebenernya dia sehancur ini"
Jelas Gav membayangkan bagaimana Willona yang tidak bisa diam di kelas.

"Tolong jangan bilang ke siapa-siapa ya, gue takut Willona jadi minder, bahkan sahabat nya pun ga tau seberapa kacaunya dia dan hubungan sama orang tuanya"
Pinta Daf menatap Gav, yang langsung di tanggapi oleh anggukan dari cowok itu.

"Pasti gue bakalan jaga rahasia ini, Bang. Lo tenang aja"

"Gav sekali lagi makasih "
" Iya bang " sambil kembali mengangguk

Jam menujukan pukul 01.00, Gav disuruh menginap sebenernya tetapi dia menolak, akhirnya Gav berpamitan kepada Daf untuk pulang.

Sampai di rumahnya, Gav merebahkan tubuh di ranjang.
Menatap langit-langit kamar membayangkan Willona.
"Willona gue ga nyangka lo sehebat ini nyembunyiin betapa kacaunya hidup lo, kenapa lo bisa sekuat itu will"




❝Just feeling❞

───

To be continue

To be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Just Feeling || { Winter - Jake } Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang