Pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas rasa sedih dan rasa bahagiamu adalah dirimu sendiri.
Jadi berhentilah berekspetasi pada manusia lain.
🌨🌨
Willona sebal dengan Narendra hari ini. Tidak, bukan hanya hari ini. Semalem pun ia sebal dengan cowok itu.
Dan sekarang Willona terpaksa harus memesan Gocar.Tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depannya, ketika orang itu membuka kaca helm full facenya ternyata cowok itu Razgav, yang sempat melewati Willona tadi ketika gadis itu ingin ikut menebeng di motornya.
"Jadi ga?"
Tanyanya tanpa membuka helm full face nya, memandang Willona yang hanya berdiri diam disana."Beneran lo mau nebengin gue?"
Willona berbinar melebarkan kedua matanya menatap Razgav."Kalau gamau gua pergi"
Dengan cepat gadis itu berlari kecil lalu naik ke atas motor Razgav, berpegangan di pundak kanan cowok itu sebagai penopang agar ia tidak jatuh.
"Anjir lo mau sekolah apa mangkal tuh rok pendek amat"
Razgav melirik sekilas melihat rok Willona yang sangat pendek, alhasil ia berinisiatif untuk memberikan jacketnya pada Willona untuk menutupi paha mulus gadis itu."Ish so sweet amat sih lo"
Kata Willona menyolek pinggang Razgav jahil, membuat cowok itu berdecak pelan melihat Willona dari kaca spion motornya."Rumah lo dimana?"
Tanpa mereka berdua ketahui, ternyata Narendra sedang berdiri di koridor sekolah sembari memperhatikan mereka dengan tatapan datarnya.
Sampai di depan rumahnya, Willona memberikan kembali jacket milik Razgav. Merapihkan rambutnya menggunakan jari-jari tangan sembari bercermin di kaca spion motor Razgav
"Lo ngajak gua ketemu malaikat ijroil ya"
Razgav diam tanpa membalas ucapan Willona, hanya memperhatikan gadis itu yang sedang bercermin."Thanks ya lo udah anterin gue"
"Lo tiati baliknya, gue masuk dulu. Bye!"
Willona melambaikan tangannya ke arah Razgav yang sedang mangaitkan pengait helmnya disana.Willona masuk rumah, ternyata ada Mama nya disana. Tanpa mengatakan apapun Willona terus berjalan menuju kamar melewati Mamanya yang melihat anaknya dengan alis yang berkerut.
"Willona kamu ga liat disini ada Mama kamu tapi kamu malah pergi gitu aja?"Willona tidak menggubris ucapan Mamanya, tetap berjalan menaiki tangga rumahnya.
"Willona dimana sopan santunmu?"Gadis itu berdecak lalu kembali menuruni tangga untuk menghampiri Mamanya yang sudah berdiri disana.
"Mama mau aku kaya gimana?""Setidaknya hargain saya seperti orangtua kamu!"
"Emang Mama pernah hargain aku sebagai anak Mama?"
Tanya Willona menatap Mamanya datar."Willona berani nya kamu ngelawan saya hah?!"
Tangan Mama Willona terangkat hendak menampar gadis yang menjabat sebagai anak keduanya itu, namun ia urungkan sebelum Willona berbicara. "Silahkan tampar aja Willona Ma tampar!"
"Lakuin semuanya sesuka Mama"
"Aku cape Ma, kalian tuh terlalu sering menuntut tapi kalian juga lupa sama dukungan yang seharusnya kalian kasih. Papa sama Mama dari dulu selalu mau dingertiin, kalian tuh terlalu egois tau ga?! Aku iri liat mereka yang bahagia sama keluarganya Ma, yang dimanja sama orang tuanya, aku juga pengen kaya mereka. Tapi kenapa Tuhan ga ngijinin aku buat bahagia? Aku selalu ngadu sama Tuhan, Kok Tuhan ga adil banget sama aku, kok Tuhan pilih kasih banget kenapa keluarga orang bisa bahagia? sedangkan aku ga bisa. Kenapa semesta jahat banget sama aku Ma?"
Willona kini sudah menumpahkan air matanya yang sedaritadi ia bendung, pipinya basah karena air mata gadis itu. Dadanya naik turun menatap Mamanya dengan mata yang sudah sayu."Kamu tuh kurang bersyukur banget Willona"
Mamanya berdesis, memandang Willona dengan frustasi.
"Kamu tuh terlalu lebay tau ga! Kamu itu terlalu kekanak-kanakan, harusnya kamu ngerti kita itu nyari uang buat biayain kamu buat menuhin semua kehidupan kamu Willona.""Bukan aku ga bersyukur, cuma aku udah capek sama keadaan ini Ma capek. Dan emang dasarnya susah buat sepaham sama Mama, giliran aku jelasin Mama malah ga mau dengerin dan ngebantah itu semua."
Setelah mengucapkan itu, Willona berlari menuju kamarnya. Menutup pintu kamarnya kencang sampai terdengar bunyi dentuman keras.Bersamaan dengan itu, Daf baru saja pulang ke rumah.
Melihat Mamanya yang sedang berdiri berkacak pinggang. Kerutan di alisnya terlihat jelas, menandakan wanita itu sedang marah saat ini.
"Ma?""Urusin Adek kamu sana, sekarang sudah berani ngelawan"
Mamanya mengendikkan dagu menunjuk ke arah atas tepatnya kamar Willona berada."Ma sekali aja kasih Willo perhatian lebih, kasian dia selalu kesepian terus dan cuma dikasih sedikit kasih sayang sama kalian"
Daf mencoba memberitahu Mamanya, namun itu tidak berpengaruh bagi Mamanya sama sekali. Mamanya tetap tidak tersentuh dengan ucapan kedua anaknya itu.
"Kamu ga usah ajarin Mama, sana masuk kamar!"Daf pergi ke atas, melihat keadaan adiknya yang mungkin saat ini sedang nangis tersedu-sedu di kamarnya. Daf membuka pintu kamar Willona, ternyata pintunya tidak dikunci oleh adiknya itu.
Daf masuk, melihat Willona yang masih menggunakan seragam lengkapnya dengan mata sembab. Sungguh, sakit sekali melihat Willona yang seperti ini.
"Willona maafin Abang ga bisa selalu jagain kamu"
"Abang janji bakal bikin kamu bahagia, kamu yang sabar ya sayang."
Daf mencium pelipis adiknya sayang, melepas kedua sepatu serta kaus kaki yang masih melekat di kedua kakinya itu.
Tak lupa Daf menyelimuti tubuh Willona sampai sebatas dada, setelah itu ia pergi keluar menutup pintu kamar Willona. Membiarkan adiknya untuk beristirahat sejenak.❝Just feeling❞
───
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Feeling || { Winter - Jake }
Dla nastolatkówSebuah catatan kehilangan: Untuk mereka yang tak pernah sampai ketujuan.