بسم الله الرحمن الرحيم
__________________________
Sekecil apapun itu. Yang namanya kehilangan tetaplah menyakitkan.
______________________
Seorang perempuan berumur tiga puluh lima tahun namun masih tampak begitu awet muda dengan pesonanya yang seolah tak luntur dimakan usia. Dengan senyum menawan berambut indah coklat tergerai. Menggandeng anak perempuannya yang menginjak umur tiga belas tahun dengan obrolan hangat yang tak berhenti diringi senyum yang tak lepas dari keduanya. Mereka tertawa mengenang perjalanan beberapa hari ini ke Villa puncak untuk menghabiskan pekan bersama.
Berjalan memasuki rumah mewah setelah memarkirkan mobil tadi. Pekat malam menyelimuti dengan nyanyian serangga yang mengalun memecah keheningan. Lampu rumah tampak benderang menandakan adanya penghuni lain dirumah itu. Raut dua perempuan itu semakin bahagia, mengira itu pasti laki-laki kecintaan mereka. Tak sabar ingin menceritakan pengalaman Villa puncak yang dijelajahinya beberapa hari ini. Mereka memasuki rumah. Namun hanya ruangan kosong yang ditemui.
"Papa mungkin dikamar. Mama panggil dulu ya," Ujar Eleah mengelus surai putrinya lembut.
Gadis belia itu menurut dan duduk di sofa menunggu sang ibu memanggil sang ayah.
Tak berselang. Gadis itu dikejutkan dengan suara benda keras yang dibanting dan teriakan yang membuatnya terperanjat dan berdiri menuju lantai atas. Namun sebelum sampai ditangga dilihatnya Eleah yang tampak kacau dengan rambut acak dan wajah kusut penuh dengan deraian airmata.
Ada Pradana sang ayah yang mengejar Eleah dengan dada yang telanjang.
"Aku coba bungkam selama ini. Dan memberi kesempatan. Tapi kamu malah lebih berkhianat!" Teriakan sang ibu tiba-tiba menyayat relung hati gadis itu.
Pertama Kalinya ia melihat sang ibu tampak begitu hancur. Dan melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat. Gadis itu hanya mematung sampai matanya menangkap sosok lain dibelakang ayahnya didekat pintu, sosok perempuan lain yang hanya berbalut selimut.
Usianya memang masih muda tapi ia mengerti apa yang terjadi sekarang. Sebuah pengkhianatan ayahnya terhadap ibunya dan dirinya.
"Aku selalu berusaha menjadikan kamu sosok Ayah yang terbaik bagi putri kita dan menutupi semua ini. Aku kira kamu tidak akan lebih menyakiti lebih dari ini, Pradana! Sekarang kita berakhir!" Teriak Eleah begitu Frustasi.
"Eleah beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya, ku mohon," pinta pria yang berusia hampir kepala empat namun masih nampak gagah dengan tubuh atletisnya.
"Cukup! Aku gak bisa lagi." Eleah menuruni tangga namun lagi-lagi di tahan Pradana.
"Aku tak bisa tanpa kalian, tolong," lirih pria itu.
"Omonganmu dengan tindakanmu tidak selaras, Pradana! Kamu mengkhianati kami."
Eleah sesegera mungkin turun dan langsung menarik lengan putri satu-satunya keluar dari rumah dengan sebuah kehancuran. Dengan berurai air mata dan sesak yang bahkan membuat kepalanya begitu pening. Bagaimana ini begitu menghacurkannya. Eleah tahu sudah lama Pradana bermain dibelakangnya, tapi demi putri mereka, Eleah memilih bertahan memberi kesempatan untuk Pradana. Tapi, laki-laki itu sudah melampui batasnya dalam berkhianat. Membayangkan bagaimana dengan mata kepalanya sendiri melihat suami yang begitu dikasihi sedang bercinta dengan wanita lain.
"Eleah tunggu!" Teriak Pradana berusaha mengejar istri dan anaknya yang sudah keluar rumah.
Tanganya tiba-tiba ditahan, " Pradana..," lirih perempuan berbalut selimut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Anuradha | END
RomanceBukan untuk mengeluh atas apa yang menimpa hidup. Bukan hukuman atas apa yang telah terjadi. Nanza hanya tidak tahu bagaimana merajut kembali benang putus bernama percaya. Disaat begitu banyak rasa dan kasih yang ditawa...