A Meaning of Presence

2.4K 230 18
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

__________________________

Aku  Selalu  ingin  terlibat  dalam  langkah  yang  kau  ambil. Karna  dengan  itu  aku  merasa  penting  bagimu  dan  dalam  hidupmu
-Chavash  Albirru-

____________________



Albirru  mengerjapkan  matanya  karna  terusik  oleh  suara  orang  yang  tengah  berbincang. Pening  kepala  akibat  demamnya  masih  terasa. Pandangannya  sedikit  mengabur  sampai  akhirnya  melihat  ibunya  sedang  berbincang  dengan  perempuan  bercadar.

Apa  itu  Nanza? Pikirnya.

Tapi  mana  mungkin  perempuan  itu  disini  dan  sepaginya  ini. Albirru  juga  baru  mengabarkan  bahwa  dirinya  di  opname  semalam.  Sangat  tidak  mungkin  secepat  ini  Nanza  akan  datang.

"Ummik..," panggil  Albirru  pelan  mengalihkan  kedua  atensi  dari  perempuan  itu.

Hajar  mendekat. Memeriksa  keadaan  putranya  yang  tiba-tiba  ambruk  kemarin  sehabis  pulang  bekerja  dengan  demam  yang  sangat  tinggi.

"Kayaknya  sakitnya  Biru  makin  parah  sampe  berhalusinansi  gini. Apa  kata  dokter?" Ujar  pria  itu  dengan  suara  serak.

Hajar  menatap  bingung  pada  putranya  yang  malah  semakin  aneh  ini.

"Halusinasi  gimana  sih. Kamu  udah  mendingan  kata  dokter. Abis  pemeriksaan  pagi  juga  boleh  pulang."

"Tapi  Biru  lagi  halu  gitu  bahwa  Nanza  disini  sekarang. Padahal  kan  gak  mungkin."

Hajar  menjitak  pelan  kening  putranya  sebelum  pria  itu  mengeluh  dan  Hajar  mengusap  dan  mengecupnya  singkat.

"Kamu  makin  aneh  karna  cinta. Ih  ngeri. Semoga  Allah  cepat  kasih  jalan  untuk  kalian  ya," bisik  Hajar.

Nanza  yang  memang  disitu  hanya  menggeleng  pelan  sambil  tersenyum  melihat  tingkah  ibu  dan  anak  yang  selalu  random  dan  lucu  itu.

"Iya  ih  sampe  halusinasi  gini. Gak  ilang-ilang  Ummik," ujar  Albirru  mengerjapkan  mata  namun  tetap  bisa  melihat  Nanza  dikursi.

"Kamu  pikir  Putri  Ummik  hantu  apa  pake  dibilang  bisa  ilang  segala. Itu  memang  Nanza,  Chavash  Albirru!" gemas  Hajar.

Albirru  mematung  sejenak. Mencerna  tepatnya  sebelum  Nanza  mendekat  dan  melemparkan  tanya  untuk   keadaannya  yang  membuat  Albirru  sadar  bahwa  itu  benar-benar  Nanza. Ada  disini. Mungkin  untuknya.

"Adek  kok  bisa  disini?" Tanya  Albirru  tak  melepas  pandangan  sedikit  pun  dari  Nanza  meski  perempuan  tak  balik  memandangnya.

Dan  itu  membuat  Hajar  gemas  dan  menarik  kepala  Albirru  untuk  menundukkan  pandangan.

"Ya  bisa  kan  naik  pesawat. Gak  jalan  kaki," gurau  Nanza.

"Maksud  Mas  kok  bisa  secepat  itu. Apa karna  kamu  sudah  mencintaiku?"

Memang  Albirru  tetaplah  Albirru. Manusia  paling  to  the  point. Apa  yang  ada  di  benaknya  akan  langsung  diutarakan. Pria  itu  berpikir  Nanza  sudah  mencintainya  sampai  dengan  gercep  mengunjungi  saat  dia  sakit.

Biru  Anuradha | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang