A Celebration - I

2.9K 183 34
                                    

_______________________

Happy ending, eh.
Happy reading!!
________________________

Nanza's points of view.

°°°

Meski telah enam bulan bersama dalam balutan ikatan suci sebuah pernikahan. Nyatanya perayaan masih sebuah hal yang masih aku tak sangka. Bagaimana ketika tidak ada harapan lagi dalam hidupku sejak luka itu ditorehkan, aku yang tak bisa percaya lagi pada hal apapun bahkan sampai bermimpi pu tak ku lakukan lagi.

Tapi takdir kini mengantarkan pada titik perayaan ini. Suamiku.. Belahan jiwaku yang memberi cahaya untuk sembuh lagi dari luka. Tak pernah lagi menangis sendirian, bahkan ada peluk hangat yang mendekapku erat dan tak pernah melepas genggamannya.

Ini seperti masa dimana fase kecil ku di tuntaskan. Yang dulu terhenti oleh tragedi kini masa membahagiakan yang hilang dulu di rajut oleh Albirru.

Seperti saat dimana aku mendengar suara denyit pintu yang dibuka dimalam yang sedikit dingin dengan udaranya.

"Assalamu'alaikum adek, Mas pulang!" sapaan hangat suamiku bersamaan aku yang menyambutnya dengan larian kecil untuk menubrukkan diri pada peluknya.

Suamiku membalas dengan erat seolah kami dua manusia yang terpisahkan lama padahal hanya beberapa jam.

"Sayangnya Mas. Udah makan?" tanyanya melonggarkan pelukan tapi tidak melepas. Mengambil alih tatapan menyalurkan rindu.

"Belum, nunggu Mas pulang. Adek kangen," ujarku jujur.

Priaku terkekeh dengan gemasnya mengecup bibir ku singkat.

"Lihatlah siapa ini. Seorang perempuan es telah mencair. Dan kini sangat bucin sekali ya," sindirnya membuat mencebik.

"Oh gak mau di cintai balik nih?" ancamku.

Suamiku malah tertawa. Dan dia sangat tampan dengan tawa dengan dimple yang menggemaskan itu.

" Jangan dong, masa tega masnya bucin sendirian. Enakan berdua gak sih. Ayok makan eskrim bentar. Langit sedang indah di luar, "ajak Albirru.

Ini dia yang ku maksud tentang penghabisan masa kecil yang hilang. Sesederhana kembalinya malamku dimana menanti lelaki kecintaanku pulang dari pekerjaannya. Dengan lelahnya masih mau mengajakku sekedar membeli es krim di minimarket dengan berjalan kaki menikmati malam.

Ayahku selalu melakukan itu tapi hanya sebentar kemudian luka datang sebelum semua kenangan itu terpartri jelas dalam kenangan indahku. Aku membenci bahkan sekedar eskrim kala itu. Tapi nyatanya aku tak membenci melainkan hanya kecewa dengan kenangan yang belum tuntas.

Kini tak ada lagi dalam mengenang. Albirru menjadi pelengkap dalam segalanya. Aku tahu tidak jalan akan mulus kedepannya dengan pria ini. Tapi ku hargai tekadnya dalam merayakanku dengan membalasnya dengan menyerahkan seluruh cintaku.

"Mas! Anura gendutan gak sih. Sejak honeymoon aku makan-makan terus. Liat pipi Anura mengembang," kataku ku menunjukkan  pipi sesaat kembali menyuapi  es-krim .

Langit  malam  beneran  sedang  indah,   bintangnya  bertaburan  terang. Padahal  tadi  sempat  turun hujan  begitu  deras. Genangan  air  ada dimana-mana. Hal  ini membuat  malam  makin   syahdu. Suamiku terlihat  lucu  dengan kresek  yang  di tenteng masih mengenakan  stelan  kantor walau  jasnya  sudah  ditanggalkan.

"Ya terus?" jawabnya  singkat.

"Oh jadi beneran  aku  gendut ya" sindirku  memancing  keributan.

Biru  Anuradha | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang