بسم الله الرحمن الرحيم
__________________________
Diizinkan mengenalmu sudah menjadi syukurku yang terdalam. Meski tidak tahu ujungnya bagaimana. Setidaknya hadirmu menjadi cerita terindah dalam hidupku.
_______________________
Nanza menatap langit Jakarta dibalkon kamar yang ditempatinya di rumah megah ini. Khanza yang mengerti dirinya yang tidak bisa tidur jika bersama orang karna susah nyaman karna jiwa introvertnya menjadikan ia menempati satu kamar sendiri. Sedangkan Khanza satu kamar bersama Ayara.
Pikiran perempuan itu disibukkan nama Ayara yang tak asing baginya. Tapi ia berpikir itu tidak mungkin. Mungkin saja orang tua Ayara yang menamainya dengan nama yang pernah ingin disematkan pada seseorang.
Sebuah ketukan didaun pintu membuyarkan lamunan Nanza. Gadis itu beranjak dari balkon mengambil cadar talinya sebelum membuka pintu.
Ada Hajar dengan napan berisi potongan buah-buahan dan segelas susu.
"Boleh Ummik masuk?" Tanya Hajar dengan senyuman hangatnya. Nanza mengangguk membantu membukakan pintu dengan lebar dan Hajar masuk menaruh napan diatas meja kecil yang tersedia di kamar.
"Ummik memiliki kebiasaan buruk meski anak-anak sudah sebesar itu dan bahkan mempunyai anak. Ya, ini selalu mengantar susu dan buah sebelum tidur. Dan bagi siapapun yang di Rumah ini." Cerita Hajar menjawab kebingungan Nanza.
Nanza mengangguk singkat. Sesaat kemudian melepas cadarnya menghargai Hajar didepannya dan untuk menyantap makanan yang disajikan.
Melepas cadar atau niqab kala berada diperkumpulan perempuan sangat dianjurkan. Karna cadar itu sendiri bagian sunnah dan untuk menjaga perempuan dari fitnah dari lelaki ajnabi. Jadi tidak ada salahnya membuka dikala sesama muslimah.
Disaat perempuan itu sudah nenanggalkan cadarnya dan memamerkan senyum hangat membuat pipi tembemnya mengembang. Hajar hanya membeku terdiam dengan wajah yang baru dilihatnya, seolah melihat orang yang sama, yang hadirnya kadang masih dirindukan oleh Hajar.
"Wajah ini..," tangan Hajar mengusap perlahan mengusap pipi gembul milik Nanza.
Perempuan itu hanya diam dan menatap bingung. Pada raut wajah Hajar yang menyiratkan kesedihan. Kenapa Hajar menjadi sedih kala ia memperlihatkan wajahnya? Pertanyaan itu bersarang dibenak namun Nanza tanpa bisa ia utarakan.
"Ada yang salah Ummik?" Tanya Nanza.
Hajar tersentak,"Ah tidak. Kamu mengingatkan Ummik pada seseorang. Ayok diminum susunya, Nak," tutur Hajar.
Perempuan itu menurut. Meneguk susu segar itu sebanyak tiga tegukan dan kembali meletakkannya.
"Serius kamu bukan calon istrinya Albirru?" Ibunda Chavash Albirru itu kembali ke wujud aslinya yang tidak ada kalemnya sama sekali. Dan kepo tentunya.
"Eh bukan Ummik. Bukanya Mas Biru cintanya sama Ayara ya?" Ungkap gadis itu.
"Kamu cemburu ya..,"goda Hajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Anuradha | END
RomanceBukan untuk mengeluh atas apa yang menimpa hidup. Bukan hukuman atas apa yang telah terjadi. Nanza hanya tidak tahu bagaimana merajut kembali benang putus bernama percaya. Disaat begitu banyak rasa dan kasih yang ditawa...