بسم الله الرحمن الرحيم
____________
Tidak ada yang bener-bener selesai tentang cerita hidup sebelum jiwa meninggalkan dunia ini.
Bahkan ketika jiwa pergi sekalipun kadang penyesalan atas suatu pristiwa yang tak selesai masih menjadi misteri yang menjadi tanda tanya.
___________________
Nanza mengepak barang-barangnya. Ia memutuskan untuk kembali ke Lombok. Lagipula ia harus menyelesaikan studinya dan menjaga Rahma di sana. Nanza juga belum memberitahu neneknya tentang Pradana. Bahwa kini keduanya telah berdamai.
Setelah peristiwa perpisahan di tengah hujan kemarin. Albirru benar-benar menghilang. Tak ada kabar atau siapapun yang memberitahu tentang keberadaan pria itu sekarang.
Ayah Nanza tak membahas apapun. Semuanya menjadi kecanggungan luar biasa di tengah kemelut hati yang hampa dalam kesakitannya dan tanda tanya.
"Setelah lulus tinggal sama Papa ya, Nak," cetus Pradana menatap Nanza yang tengah berkemas.
"Niniq akan sendirian, Pa," jawab perempuan itu. Tidak ada keceriaan sedikitpun yang hinggap padanya hari ini.
"Ajak sekalian niniqmu tinggal bersama."
"Gak tau beliau mau atau tidak. Lagian Papa kan ada Tante Kinasih jadi--"
"Kamu belum memberi maaf untuk Bundamu?"tanya Pradana.
Mendengar kata bunda entah kenapa rasa benci itu datang. Nanza masih tidak memiliki kerelaan tentang siapapun yang mau menggantikan ibunya. Tidak pada orang yang bahkan ikut andil dalam traumanya.
"Dia bukan Bunda Ananda, Pa. Untuk sekarang maaf Ananda tidak bisa harus tinggal bersama Papa dan keluarga Papa,"lirih Nanza.
Nyut...
Pradana tercubit mendengar penuturan putri yang paling di kasihinya ini. Ia tidak tahu bahwa luka sang putri sedalam itu. Bahkan ia memenjara hatinya sendiri dengan resiko tersiksa dengan perih menahan perasaan karna tidak percaya pada sebuah hubungan. Dan itu sebab dirinya.
"Tapi Ananda keluarga Papa. Putri Papa. Putri yang Papa cintai. Papa hanya ingin Ananda disamping Papa. Mendampingi Ananda sampai suatu ketika kamu bersama lelaki pilihan takdirmu atau Papa yang pergi dari dunia ini. Papa hanya ingin berada disamping Ananda." Ada rasa tercekat di tenggorokan saat penggalan yang di lontarkan Pradana. Sungguh ia hanya ingin Nanza berada di dekatnya. Melindunginya kembali. Melimpahkan kasih sayang.
"Ananda akan selalu ada bersama Papa. Ananda tidak akan pergi kemanapun Pa. Tapi tidak harus bersama Tante Kinasih-kan. Ananda belum siap. Mungkin suatu saat nanti. Tapi entahlah...Maaf."
Mau bagaimana lagi. Suatu keadaan yang memang tak nyaman kadang butuh penyesuaian, ada yang lama atau sebentar itu pun kalau memang menghadirkan kenyamanan jika tidak jangan pernah paksakan agar tenang dalam menjalani hidup ini.
"Baiklah, Papa harap waktu itu akan datang lebih cepat. Papa sangat menyayangi Ananda." Pradana meraih Nanza dalam pelukannya. Putri kecilnya yang kini tumbuh dewasa sangat cantik dengan bola mata teduh persis seperti ibunya. Bahkan sebagian wajah Nanza mirip dengan Eleah bagai pinang di belah Dua.
![](https://img.wattpad.com/cover/289746280-288-k812812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Anuradha | END
Roman d'amourBukan untuk mengeluh atas apa yang menimpa hidup. Bukan hukuman atas apa yang telah terjadi. Nanza hanya tidak tahu bagaimana merajut kembali benang putus bernama percaya. Disaat begitu banyak rasa dan kasih yang ditawa...