بسم الله الرحمن الرحيم
____________
Jika kau mencintai seseorang. Biarkan dia pergi. Jika dia kembali maka dia adalah takdirmu.
____________________
Malam telah mulai larut. Keheningan kini hanya di hiasi cicitan serangga malam dan suara keyboard dari jemari yang asik berkelana merangkai kalimat itu.
Sejak isya, Nanza asik duduk didepan laptop mengerjakan skripsi. Sudah selesai sebenarnya, hanya beberapa persiapan sidang yang akan di adakan tiga hari lagi di hari senin. Tak terasa ia sudah benar-benar menyelesaikan. Awal November ini ia sudah wisuda otomatis ia harus segera menyelesaikan pemberkasan hanya di bulan ini.
Ia merenggangkan lengan dan leher setelah merasa sudah lelah. Melirik jam sudah menunjukkan pukul dua belas. Nanza harus segera tidur agar dirinya bisa solat tahajud. Tapi tatapan teralih pada sebuah box cukup besar diujung mejanya.
Milik siapa ini? Nanza tidak pernah ingat memiliki sebelumnya atau mungkin seseorang memberinya dan sang nenek yang menaruhnya. Gadis itu memilih membukanya agar tidak lagi penasaran.
Ada satu set dress hitam lengkap dengan hijab dan cadarnya. Dari brand terkenal langganan Nanza. Rasa penasaran Nanza semakin memuncak. Apa ini pemberian Elang?
Ada juga sebuah notebook dengan cover daun asli yang sangat estetik. Si pengirim sangat tahu selera Nanza dan beberapa barang kesukaan Nanza yang lain. Dan terakhir sebuah kotak beludru yang saat dibuka terdapat kalung dengan bandul berbentuk putik dandelion. Kalung perak nan simple indah sekali.
Tak mungkin Elang yang memberikannya. Karna yang tahu dia suka putik dandelion hanya orang tuanya. Apa Pradana yang mengirimkannya? Nanza menemukan secarik note.
Congratulation atas kelulusannya.
Hanya itu. Tak ada lagi tambahan kalimat apapun bahkan tanpa nama pengirim. Mungkin benar Pradana yang memberikannya.
'Cantik sekali' gumam Nanza mengusap bandul kalung mungil itu. Ia bahkan langsung memakainya. Menatap pada cermin dan tersenyum bahagia.
Bahkan sidangnya hari senin. Tapi ia sudah di beri ucapan selamat. Pradana memang sweet sekali.
Tapi ini mengingatkan Nanza pada Albirru. Pria itu mengatakan akan yang selalu menjadi yang pertama dan selalu disampingnya dalam setiap proses perempuan itu. Kini pria itu hilang dari hidupnya. Sebulan tanpa Albirru sangatlah tidak mudah. Nanza tidak tahu akankah ia bisa melewati bulan-bulan berikutnya.
Air mata seketika mengalir tanpa kata. Keheningan malam semakin mendukung nelangsa yang menghampiri. Malam memang menjadi tempat pikiran berkelana. Sampai pada keadaan merasa sangat sedih dengan alasan tidak jelas.
Apalagi mengingat lukanya. Dan akhirnya malam-malam panjang hanya terlewati dengan airmata.
'Ternyata jatuh cinta di aku masih menjadi luka.' Lirih Nanza dalam tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Anuradha | END
RomanceBukan untuk mengeluh atas apa yang menimpa hidup. Bukan hukuman atas apa yang telah terjadi. Nanza hanya tidak tahu bagaimana merajut kembali benang putus bernama percaya. Disaat begitu banyak rasa dan kasih yang ditawa...