بسم الله الرحمن الرحيم
__________________________
Jika sudah siap jatuh cinta maka memang sudah siap untuk terluka juga. Dan aku menepisnya, aku tak siap jatuh cinta karna aku tak siap dengan luka lagi
-Nanza Anuradha-_______________________
Dokter memastikan Nanza sudah bisa di pulangkan. Karna terlebih perempuan itu juga yang ingin pulang. Kondisi tubuhnya sudah membaik hanya psikisnya yang masih terus di pantau.
Sebenarnya Nanza sudah meminta ingin pulang ke Lombok saja. Tapi Hajar tak memberinya izin, setidaknya perempuan itu harus beristirahat satu atau dua hari lagi. Meski alasan utama karna enggan melihat Nanza pergi.
Dirumah megah keluarga Ar-Reyhan. Nanza baru menyelesaikan sholat dhuha dan masih berbalut mukena sedang duduk di jendela sambil membaca Al-quran. Meski dinyatakan sudah sembuh tapi tenaganya belum pulih sempurna, ia masih lemas.
Di luar kamar tampak ramai. Ada Keluarga Pradana di sana. Karna alasan itu Nanza enggan keluar. Ia kira Pradana sudah tidak di Jakarta. Nanza lupa bahwa akan ada acara amal besar yang diadakan oleh yayasan Ayahnya itu. Oleh karna itu pria paruh baya itu masih stay disini.
Suara ketukan pintu membuat Nanza beranjak sebelum memakai cadar talinya. Ia kira itu Hajar atau Khanza. Tapi ia membeku sejenak kala yang berdiri didepan pintu adalah Ayara.
"Aya nganter sarapan Kak Nan disuruh Ummik. Soalnya Kakak harus minum obat, boleh Aya masuk?"
Setelah mengetahui ternyata Ayara adalah adiknya. Kini panggilan kakak yang disematkan gadis itu terasa sangat canggung. Nanza hanya mengangguk singkat membantu membuka pintu lebih lebar dan menutupnya kembali saat Ayara sudah masuk.
Suasana benar-benar canggung. Ayara bingung harus memulai dari mana. Ia sengaja menawarkan diri untuk membawakan Nanza sarapan agar bisa berbicara dengan sosok Kakak yang selalu di banggakan ayahnya ini.
Tapi aura dingin Nanza benar-benar menakutkan. Untuk menyapa saja rasanya sangat gugup.
"Kak Nan," panggil Ayara.
"Ya?"
Oh tolong siapapun ini benar-benar awkward sekali. Ayara benar-benar canggung luar biasa. Bagaimana sosok Nanza begitu dingin tak tersentuh seperti ini.
"Senang mengetahui kakak adalah Kakak Anura. Aya sangat senang bertemu kakak yang selama ini ayah selalu banggakan," ucap Ayara.
Nanza mengernyit. Yang selalu dibanggakan? Bukannya senang mendengar itu. Hati Nanza malah teriris, kalau benar Pradana membanggakannya kenapa Pradana harus melukainya hingga sedalam ini.
Ia segera merafalkan istigfar. Menghembuskan nafas. Oh ayolah ia harus bisa berdamai agar sembuh dari semua penderitaan batin yang menjeratnya selama delapan tahun ini.
"Ya, senang juga bertemu denganmu sebagai orang yang memiliki ayah sama," ujar Nanza dengan datar. Meski begitu ia mengajak Ayara untuk menyantap sarapan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/289746280-288-k812812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru Anuradha | END
RomanceBukan untuk mengeluh atas apa yang menimpa hidup. Bukan hukuman atas apa yang telah terjadi. Nanza hanya tidak tahu bagaimana merajut kembali benang putus bernama percaya. Disaat begitu banyak rasa dan kasih yang ditawa...