PART 11

992 93 16
                                    

Happy Reading
•••

Kaum hawa menjerit tertahan kala melihat Alan berjalan dengan gagahnya ditengah koridor dan jas almamater Osis berwarna biru dongker nya yang melekat ditubuhnya. Dibelakangnya juga ada Rendra dan anak Osis lainnya yang berpakaian sama.

Hari ini anak Osis akan mengadakan razia dadakan. Seperti sekarang, mereka kini mulai memasuki kelas 11 IPA 3 terdengar begitu heboh dari luar. Namun seketika suasana hening menyelimutinya.

Dalam hati murid 11 IPA 3 bertanya-tanya. Karena sangat jarang sekali jika anggota Osis masuk ke kelas mereka.

"Maaf ini ada apa ya kak?" Seno-salah satu murid disana juga yang menjabat sebagai ketua kelas pun mewakili untuk bertanya.

Raut wajah Alan nampak seperti biasa. Datar. Bahkan ditanya seperti itu pun cowok itu enggan membuka suara membuat Rendra yang disebelahnya berdecak pelan.

Rendra berdeham menbuat semua atensi terarah padanya. "Maaf mungkin ini terlalu mendadak. Tapi disini, kami beserta anggota Osis lainnya akan mengadakan razia besar-besaran." cowok itu menjelaskan dengan berwibawa. Bahkan tidak sama sekali terlihat jika dia memiliki yang sama-sama absurd nya dengan Alfan.

Seketika ruangan kembali heboh seperti sebelumnya. Bahkan banyak wajah terlihat panik dimata Alan. Kecuali satu orang. Kayla. Nama itulah yang membuat cowok itu tersenyum singkat.

Alan menoleh kepada Rendra. Rendra yang memang dasarnya peka'an pun mengangguk. "Periksa woy." perintahnya dipatuhi yang lain. Mereka berhamburan mengecek seluruh isi tas setiap murid kelas 11 IPA 3.

"Enak banget mereka yang jadi ketua sama wakil." celutuk Moza dibelakang sana menatap Alan dan Rendra yang berdiam memperhatikan.

"Iri kamu? Sama pacar sendiri masa iya iri?" kata Kayla yang membuat temannya itu menoleh.

"Heh, siapa yang pacaran?!"

"Kamu sama Kak Rendra."

"Duh gemes banget sih Kay. Gue sama Kak Rendra tuh enggak ada hubungan apa-apa." Moza jadi geretan dengan Kayla. "Lo sendiri ada hubungan apa sama Kak Alan?"

"Aku sama Kak Alan hanya sebatas senior or junior."

"Mas-"

"Yang dibelakang tolong jangan ngobrol!" suara berat dan tegas dari Alan membuat atensi mereka beralih.

Kayla nyengir hingga matanya terlihat sipit. Ada sedikit rasa malu ditegur didepan banyak orang. "Maaf Kak."

Langkah Alan mendekat kearah meja Kayla dan Moza. Yang setiap langkahnya membuat jantung Moza berdebar-debar takut dibuat karenanya.

"Kay, gue takut sumpah."

"Ngapain ngobrol?" tanya Alan setelah berada didekat Kayla. Suaranya yang rendah membuat gadis dengan rambut sebahu itu menggigit bibir nya gugup.

Haduh....

"Emm.. Gak kenapa-kenapa kok Kak. Masalah kecil."

Alis Alan terangkat satu.

"Ihh beneran deh! Suer!" aish, lihatlah! Betapa lucunya gadis ini ketika terlihat panik. Sungguh rasanya Alan seperti ini terus. Memandang wajah Kayla yang membuat nya terpesona juga candu.

"Oke. Sekarang buka tas lo." titahnya tidak ingin dibantah. Kayla pun menurut saja.

"Bawa alat make up?" Kayla mengeleng polos. Memperlihatkan isi tasnya kepada Alan.

"Cuma ada buku aja."

Bibir Alan berkedut menahan senyum melihat isi tas yang hampir semuanya bergambar keroppi. "Bucin lo sama kodok hijau?"

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang