PART 25

740 56 6
                                    

Aku up lagi yee sebelum nanti senin ujian okey!

Cerita ini ada yg nungguin gk sihh? Perasaan sepii bet dahh! Gak seru yaa ceritanya:(

Btw.. Met malam minggu.. Hujan2 mending dirumah ajee wkwkw

Okew dehh happy reading
<>
Kayla keluar kelas bersama dengan Moza. Tidak hanya mereka, murid lain pun sama. Karena sekarang jam sekolah telah selesai.

Entah perasaan nya saja atau apa, Kayla merasa jika Moza hari ini lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya yang sering bercerocos tidak jelas.

"Za.." panggilnya menyenggol pelan lengan Moza.

Tidak ada jawaban, Kayla kembali memanggilnya.

"Moza..."

"Moza ish! Dengerin aku gak sih?!"

Cukup. Dia kesal terhadap temannya itu. Moza menghiraukannya dan itu membuatnya dibuat jengkel.

Seketika Kayla tersenyum jahil. Oke, seperti nya cara ini akan ampuh.

"MOZA VALETTA!!!"

Moza tersentak. Bayangkan saja Kayla teriak tepat ditelinganya. Dan yang membuatnya kesal yaitu saat sekarang temannya malah tertawa keras.

"ANJIR! SIALAN LO KAYLA!!"

"LO MAU BUAT GUE BUDEG HEH?!!"

Mendengar itu semakin membuat tawa Kayla pecah. Sungguh ekpresi Moza sangatlah lucu.

"Gak usah ketawa lo!" ketus Moza.

Akhirnya tawa Kayla berhenti. Sudut matanya keluar sedikit air mata karena terlalu lama tertawa.

"Oke... Oke.. Jadi kamu kenapa? Sepanjang jalan dari tadi ngelamun aja. Oh enggak, pas dikelas tadi juga kamu kayak gitu."

"Kayak bukan Moza yang aku kenal cerewet gitu."

"Ingat ya, kata Bunda aku kalo orang kebanyakan neglamun nanti bisa kesuru-hmmmp!"

Cukup. Telinga Moza terus berdengung mendengar celotehan Kayla yang tidak mau berhenti.

"Dan sekarang lo yang cerewet!"

"Ish! Tangan kamu bau!" Kayla demgan cepat menjauhkn tangan Moza darinya.

What? Apa katanya? Bau? Aish! Teman lugunya ini benar-benar. Ingin sekali Moza menampar mulutnya tapi yang ada malah ceramah kembali yang dia dapat.

"KURANG AJAR LO KAY!"

"Udah, gak usah teriak. Suara kamu cempreng banget."

"Terserah gue dong. Mulut-mulut gue!" Moza bersedekap dada.

"Sekarang jawab pertanyaan aku." ujar Kayla berkacak pinggang. Mereka berdua memberhentikan langkahnya di area parkiran.

"Apaan? Gak usah aneh-aneh ya?"

"Kenapa ngelamun. Mikirin apa sih?!"

"Mikirin Kak Alfan." balas Moza spontan. Setelah tersadar dia gelagapan, sedangkan Kayla sendiri membekap mulutnya tidak percaya.

"E-enggak! Maksud gue-"

"Moza!" Kayla menggeleng kepalanya pelan. "Kamu kerasukan setan ya?! Ihh! Kok tumben mikirin dia?!"

"Bukan gitu!" seru Moza. "G-gue tuh cuma mikirin gimana keadaan dia. Bukan aneh-aneh kok."

Kayla langsung mengernyitkan dahinya. "Bentar? Maksudnya gimana? Alfan, eum bukan maksud aku Kak Alfan kan baik-baik aja."

"Baik-baik gimana. Orang tadi malam dia di kroyok sama komplotan preman." Moza mendengus.

"HAH?!"

Moza mengangguk pelan. Dia menjelaskan kronologi semalam. Dimulai saat Moza yang sedang keluar rumah namun dijalan dicegat oleh para preman berotot. Gadis itu lari menghindar dan entah kenapa dia malah berpikir untuk menelepon Alfan untuk menolongnya. Dan saat cowok itu datang, mereka langsung berkelahi dan berakhir Alfan yang dikroyok.

"Serius? Demi apa sih?!" heboh Kayla. Lagi dan lagi gadis itu membekap mulutnya.

"Dan waktu ada mobil yang lewat daerah itu, gue langsung minta bantuan buat bawa kerumah sakit." jelasnya lagi mengingat kejadian semalam.

"Kak Alan tau?"

"Tau lah! Dia kan hari ini gak berangkat? Lo gak liat dia juga kan hari ini?"

Kayla mengangguk membenarkan. Tapi dalam hati dia kesal terhadap Alan yang tidak memberi tahunya.

"Rae kenapa gak ngasih tau sih, ish!"

"Hah? Lo bilang apa Kay?" tanya Moza yang tidak jelas mendengar gerutuan Kayla.

"Enggak.. Enggak." Kayla langsung menggeleng cepat. "Oh iya, sekarang kamu mau jengukin Kak Alfan."

"Iya lah Kay. Gue jadi ngerasa bersalah sama dia. Kalau gue gak telpon dia pasti sekarang baik-baik."

"Gak boleh gitu. Lagian kalau aku liat Kak Alfan kayaknya-"

"Kayaknya apa?" Moza mengernyitkan heran saat Kayla berhenti berbicara.

"Enggak jadi deh." katanya cengengesan. "Yaudah ayo kesana. Aku juga mau lihat keadaan dia."

"Sekalian mau ketemu Kak Alan kan?" tebak Moza membuat Kayla mendelik namun tak ayal gadis itu nyengir karena ketahuan.

"Lo kayaknya dekat banget sama dia. Ada hubungan apa sih?" tanyanya mulai kepo.

Sebelum Kayla menjawab suara panggilan yang terdengar berat menbuat keduanya menoleh. Itu adalah Farrel dan juga Rendra.

"Hai." Farrel tersenyum manis kearah Kayla hingga gadis itu rasanya ingin menghilang saja dari bumi. Senyum itu sangat menawan menurutnya.

"Lo mau pulang? Bareng gue aja."

Kayla menatap Moza meminta bantuan tapi temannya itu malah seperti orang linglung. Kayla kesal dibuatnya.

"Emmm... Kak maaf, hari ini aku mau kerumah sakit bareng Moza." katanya sopan. Kayla berusaha menolak secara halus.

"Jenguk Alfan ya?" tebak Rendra tepat sasaran.

"Lo tahu?" kini giliran Moza yang membuka suara.

Terdengar suara kekehan kecil dari Rendra. "Lo lupa kalau dia teman gue? Ya pasti tau lah Moza." mendengar itu Moza tersenyum canggung. Ah, dia melupakan hal itu.

"Ya udah bareng gue aja kesananya." Farrel kembali berujar. "Mau ya.."

Kayla bimbang. "Tapi-"

"Teman lo biar sama Rendra." tanpa mendengar jawaban dari Kayla, Farrel manarik lembut tangan gadis itu menuju motornya.

Meninggalkan Rendra dan Moza yang masih mematung ditempat.

•••

Segini dulu yaaa

Jangan lupa buat vote dan komen...

Gratis! Gak bayar kok!

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang