PROLOG

5K 329 92
                                    

Haloo, Assalamualaikum semuanya!

Kalau kalian suka ayo vote cerita ini biar aku tambah semangat! Spam coment juga ya biar gak siders!

Cerita ini hanya fiksi dan hasil imajinasi ku sendiri. Jadi jika ada kesamaan nama tokoh, latar tempat maaf karena itu unsur ketidak sengajaan.

Buat kalian yang udah pernah baca cerita ku boleh nih dibaca ulang xixixi
______

Eits!
Jangan lupa Follow akun ku dulu sebelum baca.

Follow instagram
• @ndiin_chy
• @storyndiin_

Jadi...

Happy Reading
•••

'Masih tetap menunggu walau nyatanya itu tidak mungkin terjadi'
-Alan Raefal Prasatsa-

"Happy birthday, sayangnya Mamih."

Tidur Alan terusik kala seseorang mengelus lembut rambutnya membuatnya semakin nyaman untuk kembali ke alam mimpi. Namun satu kecupan mendarat di pipinya membuat dia merasa terusik.

Mata coklat terang itu perlahan terbuka menampilkan sosok perempuan paruh baya yang sedang tersenyum didepannya.

"Mamih..." panggilnya pelan dengan suara khas bangun tidurnya. Saat ini jam masih menunjukan pukul dua belas malam. Yang artinya semua orang masih terlelap dalam mimpinya.

"sweet seventeen ganteng."

Kalimat sederhana namun membuat hati Alan menghangat mendengarnya. Ia segera mengubah posisi nya menjadi duduk bersandar di headboard kasur walau matanya masih terasa berat. Merentangkan kedua tangannya-membuat perempuan paruh baya itu mengerti dan langsung memeluk anak laki-laki nya ini.

"Makasih Mamih," ucapnya sambil tersenyum setelah pelukan keduanya terlepas.

Mengedarkan pandangannya sampai akhirnya berhenti pada satu titik. Terlihat seorang laki-laki paruh baya dan juga pemuda yang seusia dengannya itu tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Selamat ulang tahun boy." laki-laki paruh baya itu maju lalu mengecup rambutnya singkat membuat senyum Alan semakin mengembang.

"Swett seventeen my twins. Tambah tua aja Lo Bang," ujar pemuda itu lalu setelahnya terkekeh pelan.

Alan mengubah mimik wajahnya menjadi datar namun tak urung ia membalas ucapan adik kembarannya itu.

Tak ingin berlama-lama, sang ibu menyodorkan dua kue sederhana dengan hiasan lilin disana yang dia ambil sebelum kekamar anaknya.

"Make a wish dulu boy." laki-laki paruh baya itu mengambil alih salah satu kue dari tangan sang istri lalu menyodorkan nya tepat didepan wajah Alan.

Alan terdiam sejenak. Ia menatap pada sang adik kembar yang sudah meniup lilin dengan angka 17 itu. Matanya beralih pada sang ayah yang juga sedang menatapnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajah yang sudah terlihat sedikit keriput itu.

Menghembuskan nafasnya kasar, Alan lantas memejamkan matanya.

"Ulang tahun yang ke 17 ini Alan hanya berharap agar selalu menjadi kebanggaan keluarga dan-"

Alan membuka matanya lalu menoleh kearah nakas disampingnya yang terdapat figura kecil disana. Senyumannya kembali terbit namun bukan bahagia yang diperlihatkan tapi senyuman yang memancarkan kesedihan.

"-Bisa bertemu kembali dengannya."

•••

Ingat! Ini baru awalan. Jadi, jangan lupa tunggu kelanjutan nya, oke?

Tinggalkan jejak kalian disini pren. Bye~

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang