Mantap! Akhirnya aku up lagi setelah beberapa hari gk up.
Disekolah klian ada yang mulai belajar kah? Atau nanti minggu depan?
Semangat guys!! Aku juga semangat mau selesain ini cerita biar plong!
Happy Reading!
<>
Derap langkah terdengar. Moza yang duduk didepan ruangan mendongak dengan wajah sembabnya. Iya, dia menangis karena terlalu khawatir terhadap sahabatnya yang sedang berjuang didalam sana.
“Kayla mana?” tanya Alan cepat. Dia datang bersama Abel dan Alfan yang mengikutinya dibelakang.
“Masih didalam.” balas Moza lesu. Bajunya yang masih terlihat basah membuat Alfan yang melihatnya langsung memberikan jaket yang dia pakai.
“Baju lo basah plus tembus pandang. Gak enak diliatnya.” ujar Alfan sebelum Moza protes.
Pipi Moza memanas. Sialan! Apa katanya? Seragamnya tembus pandang? Oh, shit! Dia jadi malu sendiri. “M—makasih kak.”
Alfan menahan senyum. “Kayak gini lo bilang gue Kak. Kemarin-kemarin kemana?”
Mendengarnya Moza mendengus lalu melengos. Tidak mau berdebat disaat situasi seperti ini.
Alan memandang pintu ruangan dengan cemas. Mulutnya tidak berhenti mengucapkan kalimat Allah SWT..
“Lo udah hubungin orang tuanya?” tanyanya dibalas gelengan Moza. “G—gue gak punya nomornya. Jadi yang pertama gue hubungin lo Kak.”
Mengacak-ngacak rambutnya frustasi, Alan langsung manatap kembarannya. “Hubungi Uncle Yudi sama Tante Andin.” perintahnya tidak terbantah.
“Siap laksanakan!” layaknya Tentara, Alfan memberi salam hormat sebelum akhirnya berjalan mundur menjauhi ruangan.
Abel yang sedari tadi diam entah ingin berbuat apa, akhirnya membuka suara. “Tenang Lan. Nih, minum dulu.” katanya memberi sebotol mineral yang dibawa ditasnya.
Menoleh singkat, cowok itu yang tidak enak menolak akhirnya menerimanya dan langsung meneguknya hingga setengah. “Thank.”
Abel mengangguk. Gadis itu memilih untuk duduk disamping Moza sedangkan Alan masih berdiri didepan pintu ruangan sembari menunggu kedatangan orang tua Kayla.
“Hay.” sapanya pada Moza.
Moza dengan tubuh yang mulai menggigil melirik sinis gadis pada gadis disampingnya yang merupakan senior. “Lo? Ngapain disini?!” tanyanya ketus.
“Aneh ya?”
“Ya aneh lah, tolol! Gak nyadar lo!”
Abel menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. “Gue kesini mau ketemu Kayla. Mau minta maaf sama dia. Mungkin sama lo juga.”
Moza berdecih. “Alasan! Bis—”
Belum selesai Moza berbicara, pintu ruangan terbuka menampilkan Dokter Jio diikuti satu perawat dibelakangnya.
Alan yang melihatnya segera menghampiri. “Gimana Dok? Keadaan Kayla baik-baik saja kan?”
Diam. Dokter Jio hanya diam membuat Alan berpikir yang tidak-tidak.
“Dok?”
“Begini.” sebelum melanjutkan Dokter Jio menghela nafas terlebih dahulu. Raut wajahnya terlihat tidak terbaca. “Kondisi pasien semakin memburuk. Penyakit yang diderita Kayla sudah menyebar diseluruh tubuh. Kami atas nama rumah sakit tidak bisa berbuat banyak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAN [END]
Teen Fiction[Follow akun ku dulu sebelum baca] Don't not plagiat ❌ ________ Namanya Alan Raefal Prasatya. Ketua Osis SMA Galaksi yang slalu menjadi sorotan kaum perempuan. Menjadi incaran guru agar slalu mengikuti olimpiade yang sering diselenggarakan. Satu ra...