PART 16

843 74 47
                                    

Tinggalkan vote dan komen kalian....

Follow akun wp chziah8_

***

Happy Reading
•••

“Aaaaaaaakh!”

Bugh!

Alan berteriak melepas kekesalannya. Dia meninju angin dengan tangan kosong. Mata cowok itu terlihat memerah menahan tangis yang segera dia tumpahkan namun tidak bisa.

Setelah mendengar penjelasan dari Ardi—sang Papih, cowok itu segera keluar menaiki motornya dengan ugal-ugalan. Membawanya kesuatu tempat, Danau yang terlihat sepi disore hari. Jaraknya sangat jauh dari perumahannya.

“Kenapa harus kembali disaat aku mulai mencari sandaran baru, Aya.” ucap Alan lirih. Punggungnya dia senderkan pada pohon yang berada dibelakang. Badannya merosot ketanah.

Hening.

Tidak ada lagi suara Alan. Hanya suara gemercik air. Cowok itu terdiam dalam kebisuannya dengan hanya menikmati semilir sejuknya angin menerpa wajah.

Hingga suara isak tangis terdengar. Wajahnya dia tutup dengan kedua tangan sehingga suaranya tertahan. Sungguh, Alan tidak mampu menahan lebih lama lagi untuk menumpahkan tangisannya.

“Rae, kecewa. Kenapa mereka baru bilang sekarang.”

Alan terus bergumam mengeluarkan unek-unek yang dia pendam selama dirumah tadi.

“Nangis aja. Keluarin kekesalan lo disini.”

Suara itu.

Nampak tidak asing didengar.

Alan mendongak mendapati seorang perempuan tengah tersenyum. “Abel?”

Iya, perempuan itu Abel. Dia sedang asik menyusuri danau namun tidak sengaja melihat Alan dengan keadaan seperti ini.

Dengan cepat, Alan menghapus jejak aor matanya yang masih mengalir. Tidak ingin dilihat lemah oleh perempuan didepannya.

“Lo ngapain disini?” tanyanya serak.

“Gapapa nangis aja. Semua orang berhak menangis disaat hatinya sedang terluka bukan? Tenang aja gue enggak bakal bilang ke satu sekolah kalau Ketua Osis kita yang terkenal dingin ini ngeluarin air matanya.” Abel terkekeh diakhir ucapannya.

“Keluarin Alan. Jangan dipendam. Gak baik.” lanjutnya lagi saat melihat Alan masih diam dengan tatapan kosong.

“Bel?”

“Hmm...”

“Gue boleh peluk lo sebentar?”

Seketika Abel dibuat tercengang oleh ucapan Alan. Peluk? Dengan senyum manis yang masih tercetak dibibirnya, Abel mengangguk semangat.

Detik berikutnya, Alan kembali mengeluarkan air mata. Namun kali ini berbeda. Posisinya kini memeluk Abel.

Tidak jauh dari sana, Kayla melihatnya. Gadis itu tersenyum kecut. “Harusnya kamu gak perlu menaruh harapan sama Kak Alan, Kayla.”

“Dia punya pujaan hati sendiri yang lebih sempurna. Tidak berpenyakit seperti kamu.”

“Kayla!”

Gadis itu menoleh kebelakang. Segera mungkin mengubah mimik wajahnya kembali ceria. “Kak Farrel tunggu ihhh!”

Farrel mencubit pipi gadis itu dengan gemas. “Ngapain ngelamun disana? Mau kesambet setan?”

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang