PART 41

553 46 2
                                    

Happy Reading❤❤❤
<>
Suara langkah kaki terdengar begitu jelas dilorong rumah sakit yang nampak sepi di malam hari. Terlihat ada Alan dan Alfan yabg tergesa-gesa berjalan disana dengan raut wajah yang begitu khawatir.

Tadi, Alan mendapat kabar jika Kayla pingsan dan dilarikan dirumah sakit tarkenal dikota ini. Alhasil dia langsung gerak cepat untuk menyusul diikuti dengan Alfan juga.

“Diruang apa  Bang?” tanya Alfan menyeimbangkan langkahnya dengan Alan.

“ICU.”

“WHAT?! DEMI?!!”

Alan memejamkan matanya sebentar lalu menatap kembarannya tajam. “Gak usah berisik Alfan.” desis nya pelan.

Meringis. Alfan mengangguk kaku kala dirinya ditatap tajam seperti itu.  “S—sorry. Jadi kenapa bisa Aya ada di ruang ICU? Dia sakit parah?”

Alan mengangkat bahu acuh. Langkahnya semakin cepat untuk menuju ruangan yang di maksud orang tua Kayla.

“Uncle, Tante.”

Andin yang sedang menunggu didepan ruang ICU menoleh kaget. “Al, kamu beneran kesini? Ini udah malam loh?” tanyanya tidak habis fikir. Wanita itu berfikir jika Alan tidak akan nekat kesini malam-malam kesini untuk menemui Kayla. Namun dugaannya salah besar.

Berbeda dengan Yudi, pria yang menjadi Ayah dari Kayla itu terlihat tidak peduli akan kehadiran mereka. Yang ada difikirannya sekarang adalah anak gadisnya.

“Aya kenapa Tan?” tanya Alan mengeluarkan kecemasannya sejak tadi.

Andin hendak berbicara tapi suara decitan pintu terdengar. Seorang pria dengan pakaian jas dokter dengan dibelakangnya diikuti perawat keluar dari ruangan.

“Keadaan anak saya gimana Dok?” tanya Yudi langsung. Andin, sang istri hanya bisa mengelus bahu suaminya agar sedikit tenang.

Dokter yang diketahui namanya adalah Dokter Jio sang rekan dari Om Randu itu menghela nafas pelan sebelum berujar. “Sebelumnya Maaf, tapi keadaan pasien sekarang memang benar-benar parah. Untuk berikutnya kita akan memantau lebih lanjut.”

“Parah? Aya emang sakit apa Tan?” Alan menyahut membuat Alfan yang disebelahnya mengisyaratkan untuk diam terlebih dahulu.

Menurutnya itu tidak sopan memotong pembicaraan orang tua.

“Pak Yudi bisa ikut sebentar keruangan saya?”

Yudi mengangguk lalu pria paruh itu berjalan mengikuti langkah Dokter Jio. Meninggalkan Andin, dan juga si kembar.

“Tan?”

Melihat pemuda didepannya yang sepertinya meminta penjelasan, Andin mengangguk pelan. Tapi sebelum itu wanita itu meminta agar Alan dan Alfan untuk duduk dikursi yang memang disediakan disana.

“Jadi?” kali ini Alfan yang bersuara.

“Aya sakit. Dia sakit parah semenjak kelas 3 SMP. Waktu Tante tau jika Aya punya penyakit itu, Tante sangat terpukul nak.” jelas Andin lirih namun masih bisa didengar si kembar.

“Tante merasa gagal jadi ibu karena kurang memperhatikan dia.” lanjutnya lagi.

Alan dan Alfan saling pandang.

Andin kembali berujar. “Kalian mau tahu kan Aya sakit apa? Dia sakit gagal ginjal.”

Deg!

Kalimat itu mampu membuat keduanya mematung. Gagal ginjal? Jadi, aish! Kenapa bodohnya mereka tidak tahu akan hal ini.

Alan menggeleng tidak percaya. “Tante Andin bohong kan? Iya kan? Gak mu—”

“Mungkin Alan. Itu memang kenyataannya. Aya mengidap penyakit gagal ginjal semenjak lulus SMP.” potong Andin lugas. Sudut matanya yang menguarkan air segera wanita itu menyekanya dengan jari tangan.

Tidak ada yang membuka saat ini. Semuanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Andin pamit pergi untuk menyusul sang suami.

“Tante pergi dulu ya? Kalian mau kan jaga Aya disini?”

“A—ah, iya Tante. Tenang aja, Aya biar kita yang jagain.” kata Alfan kikuk.

Andin tersenyum sebelum kembali berujar. “Maaf ya Tante baru bilang ini ke kalian. Aya yang minta Tante buat gak ngasih tahu atau dia bakalan berhenti berobat. Tante benar-benar bimbang saat itu.”

Alfan mendekat kearah wanita paruh itu. Mengelus bahunya menenangkan. “Gak masalah kok Tan. Dibalik itu semua pasti ada alasannya. Tante gak perlu minta maaf ke kita.”

“Makasih Fan. Yaudah kalau gitu Tante nyusul suami dulu ya? Cuma sebentar, nanti Tante kesini lagi kok.”

Alfan mengangguk membalasnya.

Setelah Andin pergi, cowok itu menghela nafas pelan. Dia melirik Alan yang masih bergeming. Agaknya dia masih shok mendengar penyakit Kayla tadi.

“Bang?” panggilnya pelan.

“Gue mau masuk kedalam!”

_____________

Matanya tidak berhenti memandang wajah cantik yang kini terlihat pucat. Tangannya terus menggenggam tangan mungil yang kini terasa dingin.

“Ay.” panggilnya lirih. “Kenapa harus kayak gini?”

“Kenapa gak bilang dari awal aja? Kenapa juga harus bohong sama gue?”

Menghela nafas kasar, Alan tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Dadanya sesak melihat sosok yang slalu dia jaga kini tengah terbaring lemah diatas brankar dengan infus juga sebuah oksigen yang ada di hidungnya.

“Bangun.”

“Bangun, please! Nanti kita jalan-jalan lagi, okey?”

“Aya.” suara Alan kali ini melemah melihat Kayla yang masih menutup matanya. Kepalanya dia tumpukan diatas kasur dengan gengagaman tangannya yang tidak lepas dari tangan Kayla yang terbebas infus.

“Belakangan ini gue baru nyadar kalau sebenarnya gue udah jatuh sama lo Ay. Jatuh dalam pandangan pertama. G—gue cinta sama lo.” cowok itu mulai bercerita walau dia tau Kayla tidak mungkin mendengarnya.

“Setiap liat lo dekat ataupun jalan sama Farrel, gue cemburu. Gue marah kenapa bisa keduluan sama dia.”

Lalu terdengar kekehan kecil. “Waktu gue jaga jarak sama lo itu sebenarnya gue cuma mau waktu sendiri dulu. Gue terlalu bodoh karena takut ungkapin rasa gue ke lo.”

“Tapi, dengar lo putus sama dia gue senang Ay. Senang karena punya kesempatan untuk bisa sama lo Ay.”

Itu memang benar. Alan senang, teramat senang mendengar berita heboh kala itu. Farrel memang bajingan. Bisa-bisanya melepaskan kesempatan yang sudah didapat.

Kepalanya kembali terangkat. Bibirnya mendaratkan ciuman di kening gadis yang masing terpejam dengan lama. Lalu merapihkan helaian rambut yang berantakan sembari tersenyum tipis.

“Gue keluar dulu ya. Cepat bangun cantiknya Rae.”

•••

Vote and komen jngan lupaa kawann!!!

Masih ada yang stay kan ya?? Cba komennya dong^^

Ini adalah update trakhir di bulan Juni, semogaa sukaa^^

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang