Warning: Harsh words, physical violence.
___
"Gar, kamu mau ke mana?"
"Bentar, Ma. Ada urusan penting." Ucapnya sembari menyambar kunci motornya. Ia terburu-buru sehingga tidak lagi mendengar teriakan Tamara. Baru semenit kakinya memasuki rumah, sudah ada seseorang yang memanggilnya lewat telepon.
"Ini udah larut, kamu mau pulang jam berapa?"
"Edgar!"
Edgar melajukan motornya secepat mungkin. Dari yang Alex katakan jika semakin ke sini, Walter semakin sulit dikendalikan. Beberapa hari yang lalu dirinya meminta agar seluruh anggotanya tidak memakai identitas mereka karena dapat mengundang bahaya.
"Mau lo apa?!"
Edgar baru saja datang membawa segala kemarahan yang ia dapat dari panggilan Alex. Yang memberitahu kalau Justin baru saja membawa pasukan untuk menyergap Cleon untuk balas dendam. Edgar tak segan menonjok wajah tanpa dosa itu.
"Lo pernah mikir, kalo sifat gegabah lo ini bisa aja ngebunuh mereka semua?!"
"Pernah nggak lo mikir?!" gertak Edgar lagi.
Justin melepas cengkeraman tangan Edgar di kerah jaketnya. Tatapannya seolah menyiratkan kebenciannya terhadap sikap Edgar. Laki-laki itu sudah mengganti warna rambutnya yang baru sepekan diganti. Purple metallic menjadi silver.
"Lo nolak kita balas dendam karena lo lebih mentingin urusan lo sendiri."
"Gue bukan nolak, Bangsat!"
Edgar kembali menyerangnya dengan tinjuan. Kali ini lebih keras karena emosinya sudah tidak bisa lagi dibendung. Ia meninggalkan bekas lebam dan sedikit robekan di ujung bibir Justin. Sedangkan Nevan dan Alex masih berusaha menahan Edgar agar tidak bertindak melebihi batas.
"Gar, tenang dulu."
"Diem, Van! Gue gak lagi berurusan sama lo."
"Gue nyuruh kalian semua termasuk lo buat gak keluar pake identitas Walter. Tapi, lo justru nyerang mereka. Gue masih atur strategi supaya gak ada korban bertambah. Sebenernya lo bisa ngertiin posisi gue, gak?"
"Gue gak butuh orang kayak lo." Desisnya membalas tatapan mata Justin sangat tajam.
"Suruh mereka pulang dan jangan kumpul di sini selama tiga hari!"
Alex mengangguk dan melaksanakan perintah Edgar. Laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan kerumunan. Yang diperlukan sekarang adalah memberi spasi untuk mendinginkan kembali suasana otaknya.
Malam hampir menyentuh pagi. Tinggal beberapa jam lagi sampai matahari menggantikan peran bulan. Tak ada suara lain, kecuali satu per satu deru motor menghilang dari pendengarannya. Edgar mendorong pintu berwarna gelap itu ke dalam. Ruangan ini memang sengaja ia siapkan khusus hanya untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Romance⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...