26| Rush of Adrenaline

37 5 0
                                    

"Kita bakal ada project besar sama beberapa brand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita bakal ada project besar sama beberapa brand. Tapi, kali ini tempatnya bukan di Jakarta."

Shena tercenung di belakang meja besar yang dikelilingi beberapa manusia yang sejak tadi membahas hal yang belum selesai hingga sejam berikutnya. Kalimat-kalimat yang terucap dari mereka seakan angin lalu. Pikirannya sedang berkelana ke mana-mana. Yang membuatnya sulit berkonsentrasi dengan situasi sekarang.

Meeting kali ini membahas tentang project terbaru yang melibatkan Shena dan beberapa model dari agensinya bersama brand lokal. Dikarenakan beberapa model seperti Shena dan beberapa diantaranya juga masih menempuh pendidikan maka mereka perlu menyiapkan jadwal yang tepat sehingga tidak mengganggu kegiatan yang lain.

"Karena ini waktunya pas libur semester dan schedule kalian juga gak barengan, gue udah buat schedule buat masing-masing model. Silakan dicek email-nya."

"Kak, jadi nanti setelah jadwalnya selesai masih dapat libur, 'kan?"

"Masih, kalian gak usah khawatir."

"Jadi, tolong disiapkan mulai dari sekarang. Jangan terlalu stress, pola makan, olahraga semuanya tolong dijaga."

"Lo bilang ke Nyokap gue kalo gue sama lo, 'kan?"

"Gue gak sengaja bilang iya."

Shena berhenti dari aktivitasnya memilih pakaian yang ingin ia kenakan, menatap Edgar yang duduk di tepi tempat tidur, membalas tatap. "Udah ya, Gar. Gue gak mau lagi dijadiin alasan, apalagi buat bohong ke Nyokap lo. Gue gak mau nambah dosa."

Edgar menertawakan kalimat Shena yang sudah menunjukkan keseriusan dari ucapannya. Bahkan Shena tidak tahu di mana letak komedi dari kalimatnya.

"Shena, Shena, jangan sok suci bisa, 'kan? Kalo perlu gue ingetin, lo itu sebenernya ahli di ranjang."

Menekan kuat-kuat emosinya untuk tetap tenang dan tidak terpancing, Shena memejamkan mata beberapa saat. Menahan tangannya untuk melempar Edgar dengan pakaian yang ia genggam.

"Gak usah dibahas, gue khilaf kemarin." Tekannya kemudian.

Inilah konsekuensi yang ia dapatkan di keesokan paginya, tepatnya hari ini.

Tanpa perlu Edgar jelaskan secara detail, Shena bisa mengingatnya sendiri.

Senyum Edgar begitu terkesan menghinanya, "Kalo lo mau ngakuin perasaan lo ke gue, bilang aja. Atau perlu gue kasih waktu? Semalem, cukup?"

"Shena?"

Mendengar namanya dipanggil, Shena segera menegakkan tubuhnya. Pandangannya yang semula kosong langsung menatap seseorang yang memanggilnya. "Iya?"

"Tolong fokus ya, gue gak mau sampe ada komplain dari klien."

"Oke, Kak."

Bahkan setelah meeting berakhir, Sesil masih menahannya untuk pulang. Melemparinya beberapa pertanyaan yang hanya ditujukan kepadanya. "Shen, gue liat-liat lo agak gendutan, ya?"

STALEMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang