Warning: Harsh words, physical violence, and blood.
___
Malam seharusnya menjadi sahabat yang tepat untuk menyuguhkan angin segar bagi semua orang yang menikmatinya. Gelap langit dan terang lampu menjadi dominan ketika mata berkeliling.
Sekarang tepat pukul sembilan. Jalanan masih ramai seperti tidak tahu waktu untuk istirahat. Suara gelak tawa dan candaan berbaur menjadi satu di tempat terbuka di belakang bangunan ini.
Puluhan manusia duduk berkelompok dengan kegiatan masing-masing. Kartu, catur, makanan ringan, dan game sudah menjadi santapan ketika mereka berkumpul bersama. Bahkan ada yang tidak segan membawa laptop dan buku hanya untuk mengerjakan tugas kuliah di sana. Bukan Walter namanya kalau tidak bisa menciptakan suasana seperti keluarga sendiri. Karena Edgar yang selalu menekankan jika Walter harus menjadi rumah yang nyaman untuk anggotanya.
Zayn berlari masuk dengan tergesa-gesa setelah seseorang datang menggebrak meja. Disusul dengan puluhan orang lainnya yang datang kemudian. Siapa yang tidak heran dengan kedatangan Thunder tanpa kejelasan. Juga dengan amarah seolah menuntut Walter untuk bertanggung jawab.
"Woy, apa-apaan ini?!" gertak Alex seraya maju paling depan menyambut ketua Thunder, Roy.
"Mana ketua lo?" tanyanya tidak santai sama sekali. Matanya menelisik cepat ke depan. Menatap satu per satu wajah Walter, tapi tidak menemukan orang yang sedang dicarinya. Seluruh pasang mata menatapnya tajam.
"Ada urusan apa lo sama Edgar?"
"Kasih tau ketua lo di mana kalo gak gue hancurin markas kalian!"
Alex mulai terpancing emosi karena melihat wajah Roy yang semakin menantangnya. Ia maju, menarik kerah Roy dengan buku-buku tangannya mengeras. "Ada urusan apa lo sama Edgar?" tanyanya untuk kedua kalinya penuh dengan penekanan.
"Edgar yang nyuruh dua anak buah lo mata-matain markas gue, 'kan?"
Roy melepas cengkeraman Alex dengan kasar. "Mana dia? Kalo berani tunjukin muka lo. Beraninya nyuruh anak buah doang."
"Edgar gak ada di sini, bangke!"
"Bangsat! Lo emang nyari ribut ya ke sini?!"
Tidak bisa dipungkiri lagi perkelahian antara dua kubu ini. Kali ini Walter tidak ingin banyak menghabiskan tenaga dengan lawan yang tidak seharusnya. Baku hantam ini mungkin tidak akan berdampak besar seperti perkiraan Alex.
Nyatanya Thunder sudah menyiapkan banyak kejutan. Mereka membawa dua kali jumlah pasukan yang sebelumnya datang. Ini berarti kekuatan Walter harus dikuras habis jika tidak ingin hancur di tangan Thunder.
Alex menjadi pesimis dengan kemenangan yang bisa mereka raih. Mungkin Walter tidak akan menggelegarkan tawa di udara atas kemenangan mereka malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Romance⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...