Permainan kehidupan

4.9K 291 4
                                    


"Sejatinya dunia itu adalah sebuah permainan yang akan dihampiri oleh kata game over. Namun sebelum itu, dunia seolah benar-benar memberikan permainan yang tak pernah terduga oleh siapapun."

***

Za sudah berdiri didepan gerbang sekolahnya. Tak terlambat namun juga tak terlalu cepat. Dari arah lain nampak dua buah motor akan berbelok masuk ke gerbang Antariksa.

Baru saja Za hendak melanjutkan langkahnya, hujan cokelat langsung menyerbunya. Genangan air yang bercampur lumpur itu mengenai sebagian bajunya.

Sedangkan orang yang seharusnya bertanggung jawab, malah melanjutkan jalannya memasuki pekarangan Antariksa.

Beberapa murid yang memang berada di sekitaran Za tentu saja menyaksikan hal yang menimpa cewek sombong yang tak pernah peduli itu. Terselip berbagai pertanyaan di otak mereka, tentang apa yang akan dilakukan oleh Za. Karena selama ini ia tak pernah mencari masalah dengan siapapun, sehingga tak ada juga yang berani mencari masalah dengannya terlalu berlebihan.

Mengambil botol minum salah satu siswi yang baru saja datang, ia langsung memasukkan air genangan itu ke botol minum yang dirampasnya.

Berjalan kearah parkir, hingga semua atensi teralih kearah Za.

Byurr

Pemuda yang baru saja turun dari motornya itu, harus merasakan hal yang tak pernah terbayangkan olehnya. Padahal ia baru saja datang, tapi langsung mendapatkan kejutan.

Tak hanya pemuda itu saja yang kena, tapi air itu juga menjimprat ke seorang gadis yang tak lain adalah Zola.

"Maksud lo apa?!!" bentak Gavlen, karena memang ia pemuda yang disiram oleh Za.

"Simpel, lo harus ngerasain hal yang sama." ucap Za.

"Gue gak ada masalah sama lo!" ucap Gavlen berteriak.

"Lo buta?" tanya Za sambil menunjuk bajunya yang sudah kotor.

"Gue gak sengaja bangsat!" bentak Gavlen.

"Gak sengaja dan pergi begitu saja?" tanya Za sinis.

"Adek gue gak salah, tapi lo juga nyiram adek gue." ucap Gaven sambil menunjuk Zola yang wajahnya sudah kotor. Tapi Za sama sekali tak menghiraukannya.

"Lo tuli?" tanya Gaven dengan rahang yang mengeras. Ia yang biasanya selalu memasang wajah datar, saat ini harus berusaha untuk mengontrol emosinya agar tak meledak. Ia tak kan pernah membiarkan adik-adiknya bermasalah dengan orang seperti Za, orang yang menurutnya adalah orang dengan gangguan jiwa. Jika Gavlen ia akan membiarkannya, karna ia tahu, adiknya yang satu itu adalah laki-laki dan pasti bisa mengatasi masalahnya, tapi Zola? Ia adalah permata yang bahkan dijaga agar tak pernah mengalami masalah sedikitpun.

Ia adalah salah satu anak keluarga Akalanka, tentu saja ia mudah mendapatkan informasi tentang kejadian di Antariksa, termasuk Za.

"Gue gak ngomong sama lo." balas Za pada Gaven.

"Wajah adek gue kotor gara-gara lo!" ucap Gaven dengan gigi yang bergelatuk.

"Bukan urusan gue." jawab Za

"Lo tahu? Bahkan nyamuk aja gak di biarin hinggap di kulit nya, tapi lo malah seenaknya ngotorin wajah adek gue!" ucap Gaven.

"Urusannya sama gue? Gak ada. Wajah kotor aja lo permasalahkan, gimana dengan hati lo? Udah lo tanya sama hati kotor lo itu?" ucap Za dengan satu ujung bibir yang tertarik.

"Urusannya karena lo udah cari masalah sama adek gue. Lo dan adek gue beda jauh, lo itu hanya orang gila yang harusnya dirawat dirumah sakit jiwa." ucap Gaven membuat semua murid yang ada disana terdiam.

My (Bad) Life-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang