"Dia pergi, meninggalkan dunia fana demi kehidupan abadi. Banyak hati yang mungkin disakiti. Fakta bahwa dia pergi dan takkan pernah kembali lagi."
***
Dor
Tembakan itu menggelegar dalam sunyinya suasana hutan. Za menghentikan langkahnya, menoleh menatap Gavlen yang jatuh menyentuh tanah. Genggaman mereka terlepas.
Za segera mendekati pemuda itu, "lo gapapa?"
Bodoh. Za tahu, itu adalah pertanyaan bodoh. Tapi bibirnya tetap mengucapkannya.
"G.. Gue gak papa." ringis Gavlen menahan rasa sakitnya. Ia mencoba berdiri.
Za membantu Gavlen, namun mendengar ringisan Gavlen ia berhenti.
"Lo duduk lagi." ucapnya tak ingin dibantah.
Za melihat kaki Gavlen, darah mengucur deras dari sana. Tangannya sedikit bergetar ketika menyentuh kaki itu.
Lagi dan lagi, Gavlen terluka karena dirinya. Sama halnya seperti yang ia lakukan untuk Zola, ia kembali merobek kasar jubahnya. Degan hati-hati ia membalut luka Gavlen dengan kain tersebut.
Mendengar ringisan Gavlen, ia tak bisa berbuat banyak, peluru itu masih bersarang disana.
"Tahan, ini mungkin sakit." ucapan Za dengan tangan yang mengencangkan ikatan kain tersebut. Setidaknya, dengan ini Gavlen tidak akan kehabisan banyak darah.
"Za, tatap gue."
"Gue bilang tatap gue Za." ulang Gavlen ketika Za tak menghiraukannya.
"Gue sayang lo Za, kali ini aja, gue mohon tatap gue."
Za benci ini, mendengar permintaan itu Za memejamkan matanya sejenak. Lalu mengangkat wajahnya untuk melihat Gavlen.
"Udah kan?"
"Za.." tangan Gavlen terangkat untuk menangkup kedua pipi gadis itu.
"Bilang kalau hal itu benar.."
Za hanya diam.
"Gue cuma minta lo bilang kalau hal itu benar Za."
"Gue tahu lo pasti marah sama gue, maaf gue udah ngerampas semua kebahagiaan lo. Gue janji, setelah kita ngelewatin ini, gue bakal bayar semuanya sama lo."
Gavlen, cowok itu tengah menangis sekarang. Wajah angkuhnya telah hilang. Tak ada lagi rasa benci dimatanya.
"Maaf, maaf untuk semua yang pernah gue lakuin sama lo. Maaf untuk semua rasa sakit yang harus lo terima."
"Jangan nangis, gue sayang sama lo," lirih Gavlen dengan tangan yang menghapus cairan bening yang turun dari mata gadis didepannya.
"Sekarang lo lari Za, pergi jauh dari sini. Gue bakal coba tahan mereka." pinta Gavlen sambil tersenyum.
Za menghapus kasar air matanya. Wajahnya kembali seperti semula.
"Kalau gue pergi, lo juga harus ikut."
"Gue bakal nyusul Za, kalau gue ikut lo sekarang lo bakalan susah Za." bantah Gavlen.
"Tunggu apalagi? Lari Za! Lari! Kenapa lo masih diam?!"
Za tersenyum sinis.
"Lo bilang lo sayang sama gue, kalo gitu ayo kita pergi sama-sama." ucap Za.
"Gue emang sayang sama lo. Ini semua terjadi karena keegoisan gue, jadi gue harus tanggung jawab untuk itu semua Za."
"Setidaknya, jika gue bakalan berakhir disini, keluarga gua bakalan lengkap lagi. Gue titip salam gue untuk mereka Za, lo sampaiin yaa,"
Dor
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Life-END
Ficção AdolescenteIni tentang Za. Gadis yang terkesan tidak peduli dan bodoamat dengan lingkungan sekitar tempat ia berada. Sengaja menarik diri agar kehadirannya tak disadari oleh banyak pasang mata. "Gue benci manusia. Tapi gue lebih benci fakta bahwa gue juga manu...