"Pelangi kan datang setelah badai menerjang. Dalam jarak yang membentang, tugasnya tetap berjalan. Ia memberi peluang tanpa ada lagi hambatan."
***
Ijab Qobul itu menggema memenuhi ruangan. Hari ini, Nada Agata telah resmi menjadi istri dari Dares Flaxio Alexander. Semua tamu yang hadir mengucapkan selamat kepada kedua mempelaai itu. Beribu-ribu doa telah dipanjatkan pada waktu yang sama.
Satu bulan sejak Za masuk penjara, Nada akhirnya menjalankan pernikahannya. Bukan keinginan perempuan itu, ia sudah sering menolak pernikahan ini sampai Za, putrinya bebas dari penjara.
Namun Tia tak membiarkan itu. Ia yang bersikeras untuk mengadakan acara ini. Gadis itu bahkan rela meminta sokongan dari keluarganya dan beberapa orang yang akan terlibat dalam acara itu agar Nada mau melangsungkan pernikahannya.
Bukan untuk menyakiti Za, kenapa gadis itu harus merasa tersakiti jika nyatanya dia yang ingin semua ini tetap terjadi?
Sekarang Tia mengerti, ini yang dimaksud Za sebelum gadis itu berangkat ke Amerika. Tia salut akan Za, gadis itu seperti sudah memprediksi kejadian yang akan dia alami.
"Selamat kak Nada, bang Ares." Tia menyalami kedua orang itu. Senyum nya mengembang melihat Nada yang terlihat sangat cantik hari ini.
"Makasih Ya." ucap Nada yang diangguki Tia.
"Za bisa dihubungi?"
Pertanyaan itu membuat senyum yang dimiliki Tia menghilang dari tempatnya. Apa yang akan ia jawab jika nyatanya Za tak pernah mau untuk membalas semua panggilan yang ia tujukan.
"Selamat Nada, Ares." ucapan itu berhasil menyelamatkan ia kali ini. Tepat disampingnya, Arga dan Iska berdiri untuk mengucapkan selamat kepada pasangan yang telah resmi menikah.
"Kak Nada aku ke Teo dulu yaa," tanpa mendengarkan jawaban apapun Tia segera meninggalkan mereka setelah melempar senyum kepada Arga dan Iska.
"Cepat pulang Za," lirih Tia sebelum menggendong keponakannya yang sedang bermain bersama kakak tertuanya.
"Tumbenan kakak cantik hari ini?" tanya Tia kepada Feli.
"Terus maksud kamu biasanya kakak jelek gitu?"
"Enggak sih, aku gak bilang kakak jelek. Tapi kakak sendiri yang bilang." balas Tia mengangkat bahunya acuh.
"Aunty Yaya adik durhaka, hati-hati nanti masuk neraka." oceh Teo yang berada digendongannya.
"Bocil diem,"
"Iyadeh yang tua jangan nyolot,"
Tia hanya bisa memelototi Teo yang selalu membalas ucapannya. Sedikit kesal, namun ia tak kan pernah bisa menang jika berdebat dengan bocah itu.
"Makanya jangan cerewet jadi orang."
Tia mendelik mendengar ucapan keponakannya. Gala, dengan wajah tanpa dosanya malah sibuk dengan kue yang berada ditangannya.
"Bangke." maki Tia membawa Teo pergi. Sedangkan Gala yang ditinggalkan hanya tersenyum tipis melihat prilaku aunty yang sayangnya hanya berbeda satu tahun dengan dirinya.
Masih ditempat yang sama dengan posisi yang berbeda. Za menatap Nada dan Ares dengan lamat. Perempuan itu sekarang telah menemukan kebahagian nya, dan Za ikut bahagia melihatnya. Sekarang ia tak kan jadi penghalang lagi bagi kebahagiaan Nada.
Perempuan itu sudah menemukan tujuan hidupnya. Dia sudah menemukan rumah untuk pulang dalam setiap canda, tawa, maupun luka dan duka.
"Selamat ami."
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Life-END
Teen FictionIni tentang Za. Gadis yang terkesan tidak peduli dan bodoamat dengan lingkungan sekitar tempat ia berada. Sengaja menarik diri agar kehadirannya tak disadari oleh banyak pasang mata. "Gue benci manusia. Tapi gue lebih benci fakta bahwa gue juga manu...