Masih Menunggu

2.7K 221 2
                                    

"Ku temukan jawaban atas rasa yang sudah lama membelenggu. Tentang rindu yang pernah berakhir menjadi candu."

***

"Lo gak ikut masuk bang?" tanya Kevin kepada Aksa yang masih berdiri didepan pintu.

"Lo aja."

"Seriusan?" tanya Kevin tak percaya. Bukannya ini alasan utama kakaknya itu kesini? Lantas kenapa dia tidak mau menemui apa yang menjadi tujuannya.

"Menurut lo?" tanya Aksa dingin.

"Y-yaudah, kalo gitu gue masuk dulu."

Aksa hanya membalas ucapan adiknya dengan sebuah anggukan.

Dari sini ia bisa melihat, seorang gadis yang lagi-lagi kembali terbaring tak berdaya diatas brankar rumah sakit.

Ya, Aksa rela pulang jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk Zola. Pemuda itu langsung mengajukan surat izin ketika mendengar bahwa Zola kembali masuk ke rumah sakit.

Entahlah, ia hanya ingin memastikan sesuatu. Dan sekarang ia sudah mendapatkan jawabannya.

"Ngapain diluar? Lo gak mau masuk bang?" pertanyaan itu membuat Aksa membalikkan badannya menatap sumber suara.

"Gak papa, gue cuma nemanin Kevin."

"Yakin?" tanya Vala dengan tatapan menyidiknya.

"Terserah kalo lo gak percaya."

"Yeah baperan amat sih lo bang." dengus Vala sambil duduk dikursi tunggu depan ruangan tersebut.

"Btw, lo gak sekolah bang?" tanya Vala memecah keheningan. Ia menatap pemuda yang ikut mendudukkan badannya dikursi yang berjarak 2 kursi dari tempat duduk Vala.

"Lagi izin."

"Singkat amat. Gemesh deh gue lihat lo, kalo gue punya kakak perempuan yang dingin, gue bakalan jodohin kalian berdua. Biar gue tahu, siapa yang menang kalo lo berdua tanding." kekeh Vala yang tidak ditanggapi oleh Aksa.

"Bang,"

"Dalam hidup, apa kesalahan terbesar yang pernah lo lakuin?"

Aksa mendengarnya. Tapi ia tak mengalihkan pandangan sedikitpun untuk menatap Vala.

"Kenapa?"

"Yah gak papa sih, gue cuma penasaran." jawab Vala.

"Andaikan kebahagiaan lo dirampas, apa yang akan lo lakuin bang?" Vala kembali bertanya.

"Semua hal itu fana, gak ada yang kekal."

"Gue tahu bang. Tapi gue udah ngerampas hal fana itu dari seorang anak yang belum ngerti apa-apa. Gue ngerampas kebahagian nya."

"Gak ada yang merampas dan dirampas, semua itu hanya takdir yang menjalankan tugas."

"Gue harap gitu bang," lirih Vala yang hampir tak terdengar.

❄❄❄

Hari-hari sudah Geo lewati. Tak ada yang berubah. Sesuai janjinya, ia masih disini, menunggu seorang gadis yang masih tertidur dalam tidur panjangnya.

Hanya satu yang terasa berbeda, jika sebelum-sebelumnya ia hanya sendirian diruangan itu, maka sekarang ada kedua orangtuanya yang ikut menemani Geo menunggu kesadaran Ara.

"Makan dulu Ge,"

"Nggak ma, aku belum lapar."

Renjani menghela nafas melihat anaknya seperti orang yang tak memiliki semangat hidup. Ini kali kedua ia melihat keadaan Geo seperti ini.

My (Bad) Life-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang