"Waktu selalu berjalan. Dan waktu kian berkurang. Namun kebahagian masih enggan untuk datang."
***
"Makan yang banyak Zo, biar cepet sembuh." Cici memberikan kotak makanan kepada Zola.
"Gue udah sembuh, kalo enggak gak mungkin dong gue disini?" Zola terkekeh sendiri dengan ucapannya.
"Hasil paksaan aja bangga." ejek Vala yang kebetulan juga ingin mengambil kotak makanannya.
Zola tersenyum tipis. Tak berniat untuk membalas ucapan adiknya sama sekali, karena yang diucapkan Vala memang benar. Ia harus bersusah payah meyakinkan kedua orangtuanya agar ia bisa ikut dalam kegiatan ini.
"Ayok kesana." ajak Cici yang sudah memang kotak makanan miliknya.
"Tunggu gue woi!" Vala berteriak kearah kakanya yang sudah berjalan menjauh bersama Cici dan juga Aurel.
"Dasar siput." ejek Giska ikut meninggalkan Vala.
"Kampret lo!" teriak Vala tak terima. Ia berlari lalu menarik rambut Giska yang tergerai bebas.
"Ahh bangsat emang lo.." ringis Giska sambil mengumpat.
"Mati lo." Vala semakin menarik jambakan tangannya. Entah kenapa ia jadi mudah emosi, mungkin efek PMS.
.
.
.
Za menghentikan langkah kakinya tepat dibelakang Geo yang sedang berkumpul dengan beberapa siswa lainnya.
Ia menatap tanpa minat kumpulan tersebut. Tangannya bergerak menarik rambut Geo yang duduk membelakangi Za.
"Anjir.." ringis Geo sembari menoleh kebelakang.
"Kenapa?" tanya Geo lembut. Beberapa orang yang berada didekat mereka tentu saja bisa mendengar pertanyaan Geo.
Za tak memberikan jawaban kepada Geo, namun Geo tahu apa yang ingin Za katakan. Dengan melirik sekilas ransel yang masih berada dipunggung Za.
"Tendanya udah gue bilang kan?"
Za menatap tidak suka kearah Geo.
"Gue mau sendiri." bantah Za.
"Lo disini bukan untuk hidup sendiri."
Za yang malas mendengar ceramah Geo langsung menjauh dari sana. Namun lengannya dicekal oleh pemuda tersebut.
"Udah makan?" tanya Geo. Melihat keterdiaman Za geo menghembuskan nafas kasar.
"Makan Ka."
"Gak."
"Kepala batu." sahut Gavlen.
Za mengabaikannya.
"Masih gak mau makan nasi?" tanya Geo lembut.
"Ikut gue." Gaven berdiri dan menarik tangan Za menjauh. Ia sama sekali tak mempedulikan protesan dari Za.
Geo sendiri tidak mencegahnya, karena ia yakin Gaven tak kan menyakiti Za.
Za menatap tenda besar didepannya. Beberapa murid nampak lalu lalang masuk keluar tenda. Tak lupa ditangan nereka membawa nampak yang berisi makanan ataupun camilan.
Mereka memasuki tenda tersebut, lebih tepatnya Gaven yang menarik tangan Za untuk masuk.
"Lo mau makan apa?" tanya Gaven sambil menunjuk deretan makanan yang tertata rapi diatas meja.
"Gue gak mau."
"Lo belum makan."
"Urusan gue."
"Lo makan atau gue yang suapin lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Life-END
Teen FictionIni tentang Za. Gadis yang terkesan tidak peduli dan bodoamat dengan lingkungan sekitar tempat ia berada. Sengaja menarik diri agar kehadirannya tak disadari oleh banyak pasang mata. "Gue benci manusia. Tapi gue lebih benci fakta bahwa gue juga manu...