"Waktu terlalu cepat berlalu Embun yang menempel dikaca kala itu
Membuatku kembali bernostalgia dengan masa lalu
Semuanya telah tumbuh
Pergi mencari jalan hidup masing-masing
Kupikir tak kan lagi pernah bertemu
Nyatanya, tak ada yang berubah apapun itu."****
Suasana kafe sore itu lumayan ramai, namun tiga orang yang berada diposisi pojok nampak tidak terganggu sama sekali.
"Jadi maksud lo ngajakin gue kesini apa?" dengan santainya Tia meminum jus mangga yang sudah dipesankan untuknya. Sebenarnya gadis itu cukup malas untuk keluar dihari libur seperti ini.
"Perhitungan amat lo." balas Ara yang berada tepat disamping Geo.
"Bangsul, jelaslah. Ini hari libur gue, dan harus kebuang gara-gara ajakan lo berdua." ucap Tia tak terima. Perempuan itu masih sama. Mulut tajamnya masih berlaku. Yang berbeda hanya tampilannya yang sedikit berubah menjadi dewasa, bukan lagi remaja labil yang masih suka mengikuti trend sana-sini.
"Lo gantiin gue handle acara untuk reuni Antariksa." Geo buka suara. Ia tahu betul dengan sikap Tia yang semakin tidak pernah ingin disalahkan tersebut.
"Enggak." tolak Tia mentah-mentah. Tugasnya sudah banyak, jangan sampai bertambah lagi dengan mengurus acara reuni. Bisa-bisa tidak punya waktu istirahat dia.
"Ayolah Tia, bentar doang kok." bujuk Ara meyakinkan Tia.
"Gua bilang gak yaa enggak." jengkel Tia menatap istri Geo itu. Yaa, Geo dan Ara sudah menikah tiga tahun lalu. Tepat saat mereka masih sama-sama kuliah.
"Gue bayar lo deh." ucap Geo asal.
Tia menoleh, dibayar yaa? Lumayan. Kalau begini mungkin bisa ia pikirkan dua kali.
"Berani bayar berapa lo?" tantang Tia.
"Dasar matre lo." sungut Ara tak terima jika uang suaminya harus keluar untuk gadis gila yang sayangnya sekarang menjadi gadis mata duitan.
"Harus dong." balas Tia tersenyum lebar.
"Kerjaan lo mudah, cuma arahin kerja panitia reuni aja. Jadi bayaran lo yaa setimpal sama kerja lo lah," ucap Geo.
Tia menghilangkan senyumnya. Geo masihlah cowok yang perhitungan dan disiplin akan semua hal.
"Oke." balas Tia.
"Saya tidak kekurangan uang sampai kamu harus mencari pekerjaan lain, Tia."
Mampus.
Tia hanya bisa meringis mendengar suara yang sangat ia kenali tersebut. Dengan pelan ia memutar tubuhnya menghadap belakang. Objek yang pertama kali ia tangkap adalah seorang laki-laki yang menggunakan kemeja putih dengan tangan yang memegang jas berwarna hitam.
Tia menampilkan senyum manisnya, "Kamu kok bisa disini?"
Laki-laki itu, Langit. Dia menatap istrinya dengan wajah datar yang sangat dikenali betul oleh Tia apa artinya.
"Karena istri saya disini." jawabnya singkat.
"Duduk bang." Geo mempersilakan Langit untuk duduk dikursi kosong samping Tia. Yaa, jika sekarang mereka berumur 23 tahun, maka langit lebih besar 3 tahun dari mereka. 26 tahun, diumur yang masih terbilang muda itu sudah banyak pencapaian yang ia dapatkan. Namanya sudah tersohor dimana-mana, mustahil ada orang yang tidak mengenalnya.
"Mau pesan minuman atau makan bang?"
"Tidak usah, saya sudah makan." tolak Langit sopan. Pandangan pria itu beralih menatap Tia yang merotasikan pandangannya kedepan, berusaha untuk mengalihkan pandangan dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Life-END
Teen FictionIni tentang Za. Gadis yang terkesan tidak peduli dan bodoamat dengan lingkungan sekitar tempat ia berada. Sengaja menarik diri agar kehadirannya tak disadari oleh banyak pasang mata. "Gue benci manusia. Tapi gue lebih benci fakta bahwa gue juga manu...