"Semesta pasti tertawa melihat musuhnya menemukan akhir bahagia."
***
Aksa duduk dengan tenang disofa yang memang disiapkan untuk para pengunjung butik. Laki-laki itu nampak sudah siap dengan setelah baju kemeja berwarna hitam dan celana Cream. Wibawanya ketika duduk dan diam seperti itu bahkan tidak hilang sama sekali.
Matanya sama sekali tak beralih ketika bunyi pintu yang dibuka terdengar. Didepan sana, istrinya baru saja keluar dari ruang ganti. Gaun cream yang didominasi warna hitam nampak menutupi tubuh tinggi yang Za punya. Kemudian tak lupa hijab pashmina berwarna hitam yang tertengger rapi dikepala perempuan itu.
"Cantik." Puji Aksa ketika Za mendekat.
"Iya aku cantik."
"Pede sekali istri aku." Kekeh Aksa.
"Bukan pede, emang fakta."
"Semuanya titipan Za."
"Iya-iya, aku bercanda."
"Woaw, mbak sama mas nya serasi banget. Cocok." Puji pegawai butik yang menemani mereka.
Za tersenyum kepada pegawai perempuan itu. Ia menatap Aksa yang nampak sangat tampan serta berwibawa. Yaa pada dasarnya wajah suaminya memang tidak bisa dibilang kaleng-kaleng. Mustahil keturunan keluarga Aksa cacat rupanya. Karena sislilah mereka saja semuanya nampak cantik dan juga tampan.
"Pilihan kamu bagus." Puji Za kepada Aksa. Bukan apa, hanya saja pakaian yang ia gunakan saat ini adalah pilihan Aksa. Dan ini sangat nyaman untuk dipakai.
"Syukur kalo kamu suka."balas Aksa tersenyum.
"Udah bayar kan?" Tanya Za yang diangguki Aksa.
"Berangkat sekarang?" Tawar Aksa.
"Boleh."
"Makasih mbak." Ucap Za pada pegawai butik.
"Sama-sama mbak, semoga berkunjung lain kali." Balas pegawai tersebut sambil tersenyum.
Aksa menggandeng tangan Za untuk keluar dari butik tersebut. Butik itu adalah milik Aruna, lebih tepatnya salah satu cabang dari butik yang dikelola oleh adiknya.
.
.
.
"Cielah Za, muka datar lo kok gak pergi-pergi sih?" Kesal Cantika ketika melihat Za yang duduk tenang tanpa ekspresi yang berarti. Bahkan ditengah ramainya suasana malam ini, perempuan itu seolah tidak terganggu sama sekali.
Acara dengan tema hitam-krem ini nampak begitu meriah. Banyak orang yang hadir digedung 15 lantai ini. Bahkan, tak tanggung-tanggung, dekorasi gedung ini sangat waah dan juga mewah.
"Lo nya aja yang masih pecicilan." Ejek Sheren sambil melempar tisu yang baru saja ia gunakan kewajah Cantika. Saat ini mereka sedang duduk dalam satu meja bundar yang lumayan besar. Sampai-sampai mereka yang dulunya satu kelas, terkhusus perempuan muat dimeja ini.
"Bener tuh, udah jadi istri orang juga." Kompor Kinar. Yaah, dia Kinar. Mungkin dia memang bukan alumni Antariksa. Namun dia pernah sekolah di Antariksa. Selain itu, alasan utama kenapa ia bisa hadir adalah karena ia merupakan istri dari Fajar Cakratasa Hatama. Ketua kelas selama tiga tahun berturut-turut dikelas IPS 5 angkatan 54. Jiwa keimpinannya masih terbawa sampai saat ini.
"Jomblo? Iri? Bilang bosss." Dara ikut menimpali ucapan Cantika.
""Yaah jomblo teriak jomblo." Kali ini giliran Dena yang menghardik perempuan manis itu. Ia membalas ucapan Dara yang terdengar agak menggelikan sebentar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Life-END
Teen FictionIni tentang Za. Gadis yang terkesan tidak peduli dan bodoamat dengan lingkungan sekitar tempat ia berada. Sengaja menarik diri agar kehadirannya tak disadari oleh banyak pasang mata. "Gue benci manusia. Tapi gue lebih benci fakta bahwa gue juga manu...