"Bukan tentang uang atau kekayaan, namun tentang waktu yang tak bisa diulang."
***
"Curang lo kak, gue belum selesai ngitung lo udah lari." Vala berujar sambil ngos-ngosan. Yang benar saja, ia pacu lari menaiki tangga dengan kakaknya namun malah dicurangi.
Dengan kasar ia menghempaskan badannya di tempat tidur sang kakak. Tangannya mengambil bantal dan melemparkannya pada Zola yang sedang duduk disofa.
Happ
"Gak kena." ejek Zola.
"Lagian gak ada aturannya kan lari siap lo ngitung?" Zola memperbaiki duduknya, mengambil laptop yang berada diatas meja samping sofanya.
"Tetap aja lo curang." kekeh Vala tak mau kalah.
"Btw, lo udah minum obat belum?" Vala bangun dari rebahan nya.
"Belum."
"Ya ampun, lo mau kambuh lagi hah? Gak mau sehat lo??" Vala langsung berdiri menuju nakas mengambil botol obat dan segelas air yang ada disana.
"Nihh minum." Vala menyodorkan obat dan air itu pada Zola yang langsung diterima Zola.
"Lo jangan aneh-aneh deh kak."
"Aneh gimana?" tanya Zola ketika selesai meminum obatnya.
"Lo mau sehat kan? Jadi jangan lupaian obat lo. Nanti waktu sakit aja baru tahu." cibir Vala mengambil laptop Zola. Tangannya mulai bergulir mencari apapun yang ia suka.
"Nobar yuk." ajaknya pada Zola yang diangguki gadis itu.
Kedua gadis itu mulai fokus pada layar dimana drama yang mereka tonton sudah mulai. Mengambil bantal dan posisi ternyaman untuk menonton, tak lupa mengambil camilan yang berada dimeja dan memangkunya ditangan masing-masing.
Zola ikut tertawa ketika adiknya tertawa begitu keras, drama itu menyajikan banyak adegan yang mampu membuat emosi penonton naik setinggi ataupun turun serendah mungkin, ataupun mampu memberi adegan lucu yang menggelitik perut.
Zola dan Vala tertawa lepas, inilah kebiasaan mereka. Menghabiskan waktu bersama dengan hal-hal yang mampu membuat mereka bahagia.
Tak perlu belanja barang-barang mewah untuk bahagia, punya waktu bersama saja adalah hal yang paling berharga dalam hidup mereka. Bukan tentang uang atau kekayaan, namun tentang waktu yang tak kan bisa kembali diulang.
Jika uang, mereka tak perlu memikirkan hal tersebut. Apapun yang mereka inginkan pasti terpenuhi, bahkan tanpa diminta sekalipun.
Zola, bagi keluarganya ia adalah sosok adik, kakak sekaligus anak kuat yang tak pernah mengeluh pada keadaan. Walaupun fisiknya lemah, namun tekadnya tak pernah goyah.
Gadis yang dari luar nampak bahagia. Gadis sempurna yang banyak diidamkan para pria, gadis yang sering dijadikan tolak ukur bagi para perempuan, dan gadis yang selalu menampakkan bahwa ia baik-baik saja, menghibur banyak orang tapi terkadang lupa cara untuk menghibur diri sendiri.
Nyatanya, ia hanya seorang gadis yang berusaha memperlihatkan bahwa ia baik-baik saja kepada dunia.
Mungkin ia beruntung dalam hal keluarga, harta dan juga kecerdasan. Tapi seperti hukum hidup lainnya, setiap kelebihan pasti memiliki kekurangan dan sebaliknya. Hal itu juga dialami Zola.
"Wiih pada ngapain niih?"Gaven ikut bergabung bersama kedua adiknya.
"Cowok gak boleh ikut." cegah Vala.
"Kenapa?"
"Soalnya cowok gak bisa diajak kompromi kalo nonton."
"Kata siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Life-END
Teen FictionIni tentang Za. Gadis yang terkesan tidak peduli dan bodoamat dengan lingkungan sekitar tempat ia berada. Sengaja menarik diri agar kehadirannya tak disadari oleh banyak pasang mata. "Gue benci manusia. Tapi gue lebih benci fakta bahwa gue juga manu...